Monday, August 23, 2010

Siapakah Wali ALLAH?

Ingatlah, sesungguhnya para wali Allah tiada ketakutan pada diri mereka dan tiada pula mereka berduka cita. (QS. Yunus : 62).

Tulisan ini saya tujukan kepada orang-orang yang ingin mencari dan bertemu dengan Kekasih Allah yang setiap zaman diturunkan oleh Allah SWT ke dunia untuk membimbing manusia agar tetap di jalan yang diridhai-Nya. Tulisan ini mudah-mudahan bisa membuka hijab orang-orang yang selama ini mengingkari adanya Wali Allah. Siapakah Wali Allah itu? Dan bagaimana kita bisa mengetahui kalau seseorang mempunyai derajat Wali? Berikut pendapat para Syekh tentang Wali Allah.

Abu Yazid al Busthami mengatakan: Para wali Allah merupakan pengantin-pengantin di bumi-Nya dan takkan dapat melihat para pengantin itu melainkan ahlinya. Mereka itu terkurung pada sisi-Nya di dalam hijab (dinding penutup) kegembiraan dan takkan dapat melihat kepada mereka seorangpun di dunia ini maupun diakhirat, yakni tiada dapat mengetahui rahasia mereka.

Tanda (alamat) bagi seorang wali itu ada tiga: yakni agar menjadikan kemauan kerasnya demi untuk Allah, pelariannya kepada Allah dan kemasygulannya dengan Allah. Pendapat lain menyatakan, bahwa tanda seorang wali adalah memandang diri dengan kerendahan dan merasa takut akan kejatuhan dirinya dari martabat yang ia berada di atasnya, sambil tidak percaya dengan sesuatu kekeramatan yang nyata bagi dirinya, tiada pula ia tertipu dengannya. Tiada ia memohonkan kekeramatan itu untuk dirinya dan tiada pula ia mengakui (kekeramatan itu).

Al Khaffaz telah berkata: Apabila Allah berkehendak untuk menjadikan hamba-Nya seorang wali, niscaya dibukakan baginya pintu dzikir. Apabila ia telah merasa lezat dengan dzikir itu, maka dibukakan pula atasnya pintu pendekatan. Kemudian ditinggikan martabat-Nya kepada majelis-majelis kegembiraan. Lalu ia didudukkan di atas kursi keimanan untuk disingkapkan (dibukakan) daripadanya hijab (tabir penutup) dan dimasukkannya ia ke pintu gerbang ke-Esaan serta diungkapkan baginya garis-garis ke-Maha Agungan Allah. Pada saat penglihatannya tertuju kepada ke-Maha Agungan serta kebesaran-Nya, niscaya ia akan tinggal tanpa dirinya dan akan menjadi fana (lenyap) untuk tiba menuju pemeliharaan (penjagaan) Allah, agar terlepas dari segala pengakuan dirinya. Baru kemudian ia pun menjadi seorang wali.

Mungkin seorang wali menjadi batal kewaliannya dalam sebagian hal ihwal. Akan tetapi, yang umum atas diri wali di dalam perjalanannya dari kebatalan menuju pada ketetapan adalah kesungguhannya menunaikan hak-hak Allah Swt berbelas kasih kepada para makhluk-Nya dalam segala hal ihwal dengan hati yang sabar, sambil memohon kepada Allah, segala kebaikan diberikan untuk para makhluk. (Mahmud Abul Faidi al Manufi al Husain, Jamharotul Aulia’ Terjemah Abu Bakar Basymeleh, th.1996, Mutiara Ilmu, Surabaya, hlm. 179).

Al Quthub Abdul Abbas al Mursi, menegaskan dalam kitab yang ditulis oleh muridnya, Lathaiful Minan, karya Ibnu Athaillah as Sakandari, “Waliyullah itu diliput ilmu dan makrifat-makrifat, sedangkan wilayah hakekat senantiasa disaksikan oleh mata hatinya, sehingga ketika ia memberikan nasehat seakan-akan apa yang dikatakan seperti identik dengan idzin Allah. Dan harus dipahami, bagi siapa yang diidzinkan Allah untuk meraih ibarat yang diucapkan, pasti akan memberikan kebaikan kepada semua makhluk, sementara isyarat-isyaratnya menjadi riasan indah bagi jiwa-jiwa makhluk itu.”

Dasar utama perkara wali itu, kata Abul Abbas, “Adalah merasa cukup bersama Allah, menerima ilmu-Nya dan mendapatkan pertolongan melalui musyahadah kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman: “Barang siapa bertawakkal kepada Allah, maka Dia-lah yang mencukupinya.” (QS. ath Thalaq : 3). “Bukankah Allah telah mencukupi hambanya?” (az Zumar : 36). “Bukankah ia tahu, bahwa sesungguhnya Allah itu Maha Tahu?” (QS. al Alaq : 14). “Apakah kamu tidak cukup dengan Tuhanmu, bahwa sesungguhnya Dia itu menyaksikan segala sesuatu ? (QS. Fushshilat : 53)”

Wali-wali itu merupakan orang-orang yang akan meneruskan hidup suci dari Nabi, orang-orang yang mujahadah, orang-orang yang menjaga waktu ibadat, yang rebut-merebut mengerjakan taat, yang tidak ingin lagi merasakan kelezatan lahir, kenikmatan panca indera, mengikuti jejak Nabi, mencontoh perbuatan Muhajirin dan Anshar, lari ke gunung dan gua untuk beribadat, melatih hati dan matanya untuk melihat Tuhan, merekalah yang berhak dinamakan Atqiya’, Akhfiya’, Ghuraba’, Nujaba’, dan lain-lain nama-nama sanjungan yang indah yang dipersembahkan kepada mereka.

Nabi berpesan, bahwa Tuhan mencintai Atqiya’ dan Akhfiya’, Tuhan mencintai Ghuraba’, yaitu mereka yang ke sana-ke mari menyelamatkan agamanya, yang nanti akan dibangkitkan pada hari kiamat bersama-sama Isa bin Maryam, Tuhan mencintai hamba-Nya yang membersihkan dirinya, yang melepaskan dirinya daripada kesibukan anak bini, cerita-cerita yang indah yang pernah disampaikan oleh Abu Waqqash, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Mas’ud, Abu Umamah dan lain-lain yang menjadi pembicaraan dalam kitab “Hilliyatul Auliya”, sebagai kitab besar yang menyimpan keindahan dan kemegahan wali-wali itu.

Diceritakan lebih lanjut dalam kitab-kitab sufi, bahwa wali-wali itu merupakan qutub-qutub atau khalifah-khalifah Nabi yang tidak ada putus-putusnya terdapat di atas permukaan bumi ini. Mereka meningkat kepada kedudukannya yang mulia itu sesudah mengetahui hakekat syari’at, sesudah memahami rahasia kodrat Tuhan, sesudah tidak makan melainkan apa yang diusahakan dengan tenaganya sendiri, sesudah tumbuh dan jiwanya suci, tidak memerlukan lagi hidup duniawi, tetapi semata-mata menunjukkan perjalanannya menemui wajah Tuhan.

Di antara para wali terdapat wali-wali Allah yang pangkatnya sangat digandrungi oleh para Nabi dan para Syuhada’ pada hari kiamat seperti hadits Rasulullah Saw :

Sesungguhnya ada di antara hamba Allah (manusia) yang mereka itu bukanlah para Nabi dan bukan pula para Syuhada’. Mereka dirindukan oleh para Nabi dan Syuhada’ pada hari kiamat karena kedudukan (pangkat) mereka di sisi Allah Swt seorang dari shahabatnya berkata, siapa gerangan mereka itu wahai Rasulullah? Semoga kita dapat mencintai mereka. Nabi Saw menjawab dengan sabdanya: Mereka adalah suatu kaum yang saling berkasih sayang dengan anugerah Allah bukan karena ada hubungan kekeluargaan dan bukan karena harta benda, wajah-wajah mereka memancarkan cahaya dan mereka berdiri di atas mimbar-mimbar dari cahaya. Tiada mereka merasa takut seperti manusia merasakannya dan tiada mereka berduka cita apabila para manusia berduka cita. (HR. an Nasai dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya)

Kemudian Rasul membacakan firman Allah Swt:

Ingatlah, sesungguhnya para wali Allah tiada ketakutan pada diri mereka dan tiada pula mereka berduka cita. (QS. Yunus : 62).

Pernah Rasulullah Saw ditanya tentang siapa para wali Allah itu? Beliau menjawab: “Mereka itulah pribadi-pribadi yang apabila dilihat orang, niscaya Allah Swt disebut bersama (nama)-Nya.” Mereka terbebas (terselamatkan) dari fitnah dan cobaan dan terhindar dari malapetaka. Nabi bersabda :

اِنَّ ِللهِ ضَنَائِنَ مِنْ عِبَادِهِ يُعْذِيْهِمْ فِى رَحْمَتِهِ وَيُحْيِيْهِمْ فِى عَافِيَتِهِ اِذَا تَوَافَّاهُمْ تَوَافاَّهُمْ اِلَى جَنَّتِهِ اُولَئِكَ الَّذِيْنَ تَمُرُّ عَلَيْهِمُ الْفِتَنُ كَقَطْعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ وَهُوَ مِنْهَا فِى عَافِيَةٍ

Sesungguhnya bagi Allah ada orang-orang yang baik (yang tidak pernah menonjolkan diri di antara para hamba-Nya yang dipelihara dalam kasih sayang dan dihidupkan di dalam afiat (sehat yang sempurna). Apabila mereka diwafatkan, niscaya dimasukkan kedalam surganya. Mereka terkena fitnah atau ujian, sehingga mereka seperti berjalan di sebagian malam yang gelap, sedang mereka selamat daripadanya.

Jadi, seorang Wali akan mengalami hinaan dan makian sebagaimana yang dialami oleh Para Nabi dan itu tidak akan menyurutkan langkah mereka untuk berdakwah membesarkan Nama Tuhan. Saya jadi ingat ucapan Guru dari Guru saya kepada Beliau ketika Beliau masih berguru. “Nanti suatu saat nanti sejuta orang mengatakan kau masuk neraka tidak usah kau takut, kecuali yang SATU itu”

“Cintailah yang di bumi maka yang di langit akan mencintaimu” Semoga Allah SWT berkenan mempertemukan kita dengan Kekasih-Nya di muka bumi agar kita bisa mencintai kekasih-Nya dengan demikian maka Allah SWT pasti mencintai kita. Amin Ya Rabbal ‘Alamin

Peliharalah ROH

Pada suatu hari Abu Bashir berada di Masjid A-Haram. la terpesona menyaksikan ribuan orang yang bergerak mengelilingi Kabah, mendengarkan gemuruh tahlil, tasbih, dan takbir mereka. Ia membayangkan betapa beruntungnya orang-orang itu. Mereka tentu akan mendapat pahala dan ampunan Tuhan. Imam Ja’far Al-Shadiq, tokoh spiritual yang terkenal dan salah seorang ulama besar dari keluarga Rasulullah saw, menyuruh Abu Bashir menutup matanya. Imam Ja’far mengusap wajahnya. Ketika ia membuka lagi matanya, ia terkejut. Di sekitar Ka’bah ia melihat banyak sekali binatang dalam berbagai jenisnya- mendengus, melolong, mengaum.Imam Ja’far berkata, “Betapa banyaknya lolongan atau teriakan; betapa sedikitnya yang haji.”

Apa yang disaksikan Abu Bashir pada kali yang pertama adalah tubuh-tubuh manusia. Apa yang dilihat kedua kalinya adalah bentuk-bentuk roh mereka. Kita adalah makhluk yang hidup di dua alam sekaligus. Tubuh kita hidup di alam fisik, terikat dalam ruang dan waktu. Para ulama menyebut alam fisik ini sebagai alam nasut, alam yang bisa kita lihat dan kita raba, Kita dapat menggunakan pancaindera kita untuk mencerapnya. Sementara itu, roh kita hidup di alam metafisik, tidak terikat dalam ruang dan waktu. Para ulama menyebut alam ini alam malakut. Menurut Al-Quran, bukan hanya manusia, tetapi segala sesuatu mempunyai malakut-nya. “Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya malakut segala sesuatu. Dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.’ (QS. Yasin 83); ‘Dan demikianlah kami perlihatkan kepada Ibrahim, malakut langit dan bumi.” (QS. Al-An’arn 75)

Roh kita, karana berada di alam malakut, tidak dapat dilihat oleh mata lahir kita. Roh adalah bahagian batiniah dari diri kita. Ia hanya dapat dilihat oleh mata batin. Ada sebahagian di antara manusia yang dapat melihat roh dirinya atau orang lain. Mereka dapat menengok ke alam malakut. Kemampuan itu diperoleh karena mereka sudah melatih mata batinya dengan riyadhah kerohanian atau karena anugrah Allah (al-mawahib al-rabbaniyyah). Para Nabi, para walli, dan orang-orang saleh seringkali mendapat kesempatan melihat ke alam rnalakut itu.

Makanan Roh

Roh -seperti tubuh-juga dapat berada dalam berbagai keadaan. Imam Ali kw berkata, ‘Sesungguhnya tubuh mengalami enam keadaan; sehat, sakit, mati, hidup, tidur, dan bangun. Demikian pula roh. Hidupnya adalah ilmunya, matinya adalah kebodohannya., sakitnya adalah keraguannya, dan sehatnya adalah keyakinannya, tidurnya adalah kelalaiannya, dan bangunnya ialah penjagaannya.’ (BiharAl-Anwar 61:40)

Seperti tubuh, roh pun memerlukan makanan. Mulla Shadra tidak menyebutnya makanan. Ia menyebutnya rezeki. Ia berkata, ‘Setiap yang hidup perlu rezeki, dan rezeki arwah adalah cahaya-cahaya ilahiah dan ilmu-ilmu rabbaniah.’ (Mafatih AI-Ghaib 545)

Untuk meningkatkan kualiti atas roh, supaya ia sehat dan kuat, kita perlu memberikan kepadanya cahaya-cahaya ilahiah dalam bentuk zikir, doa, dan ibadat-ibadat lainnya seperti solat, puasa, dan haji. Pada Bulan Ramadhan, kita berusaha menerangi roh kita dengan berbagai makanan rohani. Kita mandikan roh kita dengan proses pensucian batin, seperti istighfar, mengendalikan hawa nafsu, dan menjauhi kemaksiatan. Karena itu Nabi saw bersabda, ‘Bulan Ramadhan adalah bulanyang diwajibkan atas kamu puasanya dan disunnahkan bagimu bangun malamnya. Barangsiapa yang berpuasa dan melakukan salat malamnya dengan iman dan ikhlas, Tuhan akan mengampuni dosa-dosanya yang terdahulu. (Dalam riwayat lain) la akan keluar dari dosa-dosanya seperti ketika ia keluar dari perut ibunya.’

Kita menghidupkan roh dengan ilmu-ilmu rabbaniah. Inilah yang kita maksud dengan dimensi intelektual dari keberagamaan kita. Ada ilmu-ilmu yang membantu kita untuk memelihara kesihatan tubuh kita seperti ilmu gizi, kedoktoran, ekologi, dan sebagainya. Di samping itu, ada ilmu-ilmu yang menolong kita untuk menyihatkan roh kita: ilmu-ilmu tentang Al-Quran dan Sunnah (syariat), ilmu-ilmu tentang cara mendekatkan diri kita kepada Allah (thariqat), dan ilmu-ilmu berkenaan dengan pengalaman rohaniah (haqiqat).

Seperti tubuh, roh yang tidak diperhatikan dan dipelihara, roh yang kekurangan makanan akan menjadi roh yang lemah, sakit-sakitan, dan akan dikuasai setan. Roh yang sakit tampak dalam gejala-gejala seperti kegelisahan, keresahan, kebingungan, hidup yang tidak bermakna, hidup tanpa tujuan, kosongan eksistensial (existential vacuum). Pendeknya, roh yang sakit tampak dalam hidup yang tidak tentram. Al-Quran melukiskannya, ‘Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan kami menghimpunkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha 124); “Barangsiapa yang Allah menghendaki akan diberikan kepadanya pet-unjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk Islam. Dan barangsiapa dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepadaorang-orang yang tidak beriman.’ (QS. Al-An’am 120).

Keindahan Roh

Seperti tubuh, arwah mempunyai rupa yang bermacam-macam: buruk atau indah; juga mempunyai bau yang berbeda: busuk atau harum. Rupa roh jauh lebih beragam dari rupa tubuh. Berkenaan dengan wajah lahiriah, kita dapat saja menyebut wajahnya mirip binatang, tapi pasti ia bukan binatang. Roh dapat betul-betul berupa binatang -babi atau kera. Tuhan berkata, ‘Katakanlah: apakahakan Aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk kedudukannya di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka ada yang dijadikan kera dan babi dan penyembah Thagut? Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus. (Al-Maidah 60)

Al-Ghazali menulis: ‘Al-Khuluq dan Al-Khalq kedua-duanya digunakan. Misalnya si Fulan mempunyai khuluq dan khalq yang indah -yakni indah lahir dan batin. Yang dimaksud dengan khalq adalah bentuk lahir, yang dimaksud dengan khuluq adalah bentuk batin. Kerana manusia terdiri dari tubuh yang mencerap dengan mata lahir dan roh yang mencerap dengan mata batin. Keduanya mempunyai rupa dan bentuk baik buruk mahupun indah. Roh yang mencerap dengan mata batin memiliki kemampuan yang lebih besar dari tubuh yang mencerap dengan mata lahir. Karana itulah Allah memuliakan roh dengan menisbahkan kepada diri-Nya. Ia bersabda, ‘Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, Aku menjadikan manusia dan’ tanah. Maka apabila telah kusempurna kan kejadiannya dan kutiupkan kepadanya rohku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.’(QS. Shad 71-72). Allah menunjukkan bahwa jasad berasal dari tanah dan roh dari Tuhan semesta alam. (Ihya Ulum Al-Din, 3:58).

Khuluq -dalam bahasa Arab- berarti akhlak. Roh kita menjadi indah dengan akhlak yang baik dan menjadi buruk dengan akhlak yang buruk. Dalam teori akhlak dari Al-Ghazali, orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya, akan memiliki roh yang berbentuk babi; orang yang pendengki dan pendendam akan memiliki roh yang berbentuk binatang buas; orang yang selalu mencari dalih buat membenarkan kemaksiatannya akan mempunyai roh yang berbentuk setan (monster) dan seterusnya.

Ketika turun ke bumi, karana berasal dari Mahasuci, roh kita dalam keadaan suci. Ketika kita kembali kepadanya, roh kita datang dalam bentuk bermacam-macam. Ketika pohon pisang lahir ke dunia, ia lahir sebagai pohon pisang. Ketika mati, ia kembali sebagai pohon pisang lagi. Ketika manusia lahir, ia lahir sebagai manusia. Ketika mati, ia kembali kepada Tuhan dalam berbagai bentuk, tidak hanya dalam bentuk manusia saja. Ia dapat kembali dalam bentuk binatang, setan, atau cahaya.

Walhasil, untuk memperindah bentuk roh kita, kita harus melatihkan akhlak yang baik. Meningkatkan kualitas spiritual, berarti mernperindah akhlak kita. Kita menyimpulkan prinsip ini dalam doa ketika bercermin. “Allahumma kama ahsanta khalqi fa hassin khuluqi.’ (Ya Allah, sebagaimana Engkau indahkan tubuhku, indahkan juga akhlakku).

Roh dalam Maut

Kita kutipkan di sini hadits yang panjang;

“Kami sedang mengantarkan jenazah di Baqi. Kemudian datanglah Nabi dan duduk bersama kami di dekat jenazah. Kami tundukkan kepala kami seakan-akan burung hinggap di atasnya. Ia berkata: Aku berlindung dari siksa kubur, 3X. Sesungguhnya manusia mukmin ketika hendak memasuki akhirat dan meninggalkan dunia, turunlah malaikat kepadanya dengan wajah yang bersinar seperti cahaya matahari. Mereka duduk di dekat mayat sepanjang mata memandang. Lalu datanglah malakal maut dan duduk di dekat kepalanya dan berkata: Hai roh yang baik, keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaannya. Maka keluarlah roh itu mengalir seperti mengalirnya tetesan air dari mulut cerek. Malaikat maut mengambilnya. Apabila ia sudah mengambilnya, ia tidak membiarkannya berada di tangannya sekejap mata pun sampai ia menyimpannya di dalam kafan. Dari roh itu keluarlah bau harum semerbak memenuhi permukaan bumi. Para malaikat naik membawa roh itu. Setiap kali mereka rnelewati kelompok malaikat yang lain, mereka ditanya, ‘Siapa roh yang baik ini?’ Mereka menyebut Fulan bin Fulan dengan nama-nama yang indah yang diperolehnya di dunia. Ketika sampai di langit dunia, dibukakanlah pintu baginya. Pada setiap langit, malaikat mengantarkannya sampai ke langit berikutnya dan seterusnya sampai ke Allah Ta’ala.

Allah berfirman: ‘Tuliskan kitab hamba-Ku di tempat yang tinggi. Kembalikan dia ke bumi karena aku menciptakannya dari bumi, mengembalikannya ke bumi, dan mengeluarkannya dari bumi sekali lagi. Lalu rohnya dikembalikan ke jasadnya. Dua malaikat datang dan duduk bersamanya seraya berkata: Siapa Tuhanmu? Ia berkata: Tuhanku Allah. Apa agamamu? Agamaku Islam. Siapa laki-laki yang diutus kepadamu? Rasulullah. Darimana kamu mengetahui hal ini? Aku membaca Kitabullah, beriman kepadanya, dan membenarkannya. Seorang penyeru berseru dari langit: Benar hambaku. Hamparkan baginya tikar dari surga. Bukakan baginya pintu dari surga. Lalu angin dan semerbak surga datang kepadanya. Kuburan dilegakan seluas pandangan mata. Seseorang yang berwajah cantik datang kepadanya dengan baju yang indah dan bau yang harum. Ia berkata: Bergembiralah dengan apa-apa yang akan membahagiakan kamu. Inilah hari yang dijanjikan kepadamu. Mayit bertanya: siapakah kamu? Wajahmu wajah yang membawa kebaikan. Ia berkata: Saya. amal shalehmu. Ia berkata: Tuhanku, tegakkanlah hari kiamat supaya aku kembali kepada keluargaku dan kekayaanku.

Bila seorang kafir meninggalkan dunia dan memasuki akhirat, dari langit turunlah mialaikat berwajah buruk dan membawa kain yang buruk. Mereka duduk di dekat mayit sepanjang mata memandang. Lalu datanglah malakal maut dan duduk di dekat kepalanya dan berkata: Hai roh yang buruk, keluarlah menuju kemurkaan Allah dan kemarahan-Nya.. Malaikat maut mencabut nyawanya seperti sisir besi mencabuti bulu yang basah. Mailakat maut mengambilnya. Apabila ia sudah mengarnbilnya, ia tidak membiarkannya berada di tangannya sekejap mata pun sampai ia menyimpannya di dalam kain buruk itu. Dari roh itu keluar bau yang lebih busuk dari bau bangkai dan memenuhi permukaan bumi. Para malaikat naik mernbawa roh itu. Setiap kali mereka melewati kelompok malaikat yang lain mereka ditanya. “Siapa roh yang buruk ini”? Mereka menjawab; Fulan bin Fulan dan menyebutnya dengan nama-nama yang buruk yang diperolehnya dari dunia. Ketika ia sampai ke langit dunia, ia minta dibukakan pintu langit, tetapi tidak dibukakan kepadanya. Kemudian. Rasulullah saw membaca ayat Al-Quran, “Sesingguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan kepada mereka pintu-pintu langit dan tidak pula mereka masuk surga, seperti tidak mungkinnya unta masuk ke lubang jarum. (QS. Al-A’raf 40)

Allah berfirman, ‘Tuliskan kitabnya di bumi yang paling rendah.’ Maka dilemparkanlah rohnya. Kemudian Nabi membaca ayat Al-Quran, ‘Dan barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. (QS. AI-Haj 31) Lalu rohnya dikembalikan ke jasadnya. Dua malaikat datang dan duduk bersamanya, seraya berkata: Siapa Tuhanmu? Ia berkata: Ah, aku tidak tahu. Seorang penyeru berteriak dari langit: Bohong hambaku. Hamparkan kepadanya tikar dari api neraka. Bukakan baginya pintu neraka. Panas dan keringnya neraka mendatanginya. Kuburannya disempitkan sampai pecah tulang-tulangnya. Seseorang yang berwajah buruk, berpakaian buruk, berbau busuk datang kepadanya dan berkata: Terimalah berita yang menyusahkan kamu. Inilah hari yang telah dijanjikan kepadamu. Mayat bertanya, ‘Siapakah kamu? Wajahmu wajah yang membawa keburukan.’ Ia menjawab, ‘Aku amalmu yang buruk.’ Mayit itu berkata: Tuhanku jangan tegakkan hari kiamat. (Ibn Qayyim Al-Jawziyyah, Al-Roh hal 44-45).

Wallahu’alambishawab

Tuesday, August 10, 2010

Ramadhan

Assalammualaikum....

Salam ramadhan buat teman2 dan sekalian yang mengunjungi bloq ini... terima kasih banyak kepada sumer. Buat insan yang sentiasa berada dibelakang ku tak kira masa, susah mahupon senang, yang sentiasa memhami diriku.. ribuan terima kasih u ucap.. kasih sayang mu terhadap ku.. begitu besar ertinya dalam menjalani kehidpuan ku yang penuh dugaan... semoga ALLAH S.W.T merahmatinya....

Ramadhan kembali lagi.. detik2 yang sentiasa dinantikan... memohon pengampunan dari maha pencipta..

Semoga kita semua diampuni atas segala kesilapan lalu.. dan terus memperjuangkan keimanan dalam diri kita.. dan seterusnya menyinarkan sinar islam yang telah berkembang..

Sambut lah salam ramadhan dari diriku... selamat berpuasa....

Wednesday, August 4, 2010

Memandang Kehidupan

Saya cukup meminati beberapa rangkap ayat yang ditulis oleh Dr. Yusuf Al-Qardawi berkenaan dengan topik masa dalam kehidupan. Perkara yang sudah lepas usah kita bimbang dan tangisi.

Mari kita hayati beberapa rangkap ayat Dr. Yusuf Al-Qardawi di bawah:

"Beriman dengan sifat Allah Subhana wa Ta'ala yang bersifat (Al-Qudrad) iaitu yang berkuasa adalah iman yang paling optimis dan positif, yang boleh menyingkapkan manusia dari angan-angan kosong dan kecewa. Seterusnya mendorong manusia untuk terus berusaha dan mempertingkatkan lagi prestasi pekerjaannya di masa akan datang".

Mari kita hayati pula sebuah sajak yang dideklamasi oleh seorang penyajak Arab berkenaan tajuk ini yang mengandungi hikmah:
Puisiku...!
Daku hanya merayu,
"Jika.....Jikalau...."
Tiada Pangkal,
Tiada Penghujung,
Hanya beban-beban......!!
Yang Pergi....!!
Usah diharap kembali,
Usah ditangisi
Insan biasa,
Mengorak langkah.
Tuhan bijak,
Dia mengatur,
Hibur hatimu,
Usah dikenang,
Usah diratapi
Kepada yang pergi....

Ada sahaja sesetengah manusia yang memandang kehidupan di masa akan datang dengan seribu kekecewaan. Mereka melihat masa depan mereka dengan gelap-gelita. Mereka memandang tiada erti lagi kehidupan ini. Sejarah hitam mereka yang sudah lepas membuatkan mereka tidak positif akan masa hadapan.

Tidak diragui lagi bahawa pandangan ini boleh menghancurkan kehidupan manusia dan masyarakat sekitarnya. Kehidupan individu yang tanpa sebarang hasrat dan cita-cita yang gemilang adalah merupakan masa depan yang amat sempit, lebih sempit dari sehalus-halus lubang jarum.

Seorang penya'ir arab ada berkata:

"Hidup tanpa sebarang cita-cita, hidup tidak memberi sebarang erti"

(Sumber: Detik-detik Masa dalam Kehidupan oleh Dr. Yusuf Al-Qardawi)

Tanda Cinta Allah Buat Insan Yang Dicintainya

Assalamu'alaikum wbt...

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang...

Firman Allah SWT "mdan apabila hamba-ku bertanya mengenai aku, maka(jawablah) sesungguhnya aku dekat. Aku memakbulkan permohonan & permintaan orang yang berDOA apabila dia meminta kepada-ku." (2:186)

Bila mana Allah menyintai seseorang hamba itu, maka mengalirlah dan mekarlah ILHAM SUCI ke dalam hatinya yang membuatkan dia mengenal Tanda kecintaan-NYA. Ada beberapa tanda yang boleh membuatkan manusia dapat merasainya :-

1) Tanda Allah menyintai seseorang insan itu adalah apabila dia menjadi begitu berminat,tekun & merasai kehadiran tuhannya apabila beribadah. ibadah itu luas dimensinya,mencakupi perbuatan yang tidak melanggar syara' dengan niat semata2 kerana allah bemulalah dari kita bangkit dari tidur hinggalah kita tidur kembali...Subhanallah,betapa hebat dan ni'matnya kalau kita dapat merasai pernik-pernik kelazatan dalam beribadah. Kadangkala kita dapat melihat seseorang hamba itu sanggup beribadah hingga melebihi kapasitinya sbg insan lemah, semata2 utk meraih dan menagih cinta Allah Ta'ala.

2)Sabda Rasullullah s.a.w " Jika Allah mencintai seorang hamba, maka dia berfirman "Wahai jibil, ssungguhnya aku menyintai si Polan, maka cintailah dia"- (hadith Riwayat Imam Ahmad). orang yang dicintai allah tidak pernah merasakan ragu-ragu ibadahnya diterima atau ditolak...walaupun hatinya terkadang merasakan perasaan "HARAP" dan "TAKUT"...Harap agar amalannya diterima, takut amalannya menjadi seperti Debu-debu berterbangan...

3)Juga tanda cinta allah kepada insan yang dicintainya juga apabila seseorang yang malakukan maksiat dan dosa itu membuatkan dia lebih rapat dan hampir kepada Allah Ta'ala...Merasakan dia seorang yang kotor disisi Allah ta'ala...merasakan penyesalan dosa yang selamanya akan menghantui dirinya...merasakan kerendahan diri yang teramat derita ketika sujud memohon keampunan kepada allah...Dia akan terus bangkit dgn Jiwa Hamba membelakangi dosa-dosa lalu dgn penuh keinsafan, taubat dan istighfar kepada allah...ingin kembali padanya dengan hati yang penuh kesejahteraan dan ketenangan...ingat akan dirinya dan bekalannya utk kehidupannya yang sebenar nanti... Firman allah Ta'ala "Katakanlah wahai hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa daripada rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni Dosa kesemuanya. sesungguhnya allah Maha pengampun Lagi Maha penyayang. Dan kembalilah kamu kepada tuhanmu dan berserah dirilah kepada-NYA sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong lagi" (39:53-54)... Janganlah kita menyangka dengan dosa semalam, allah tidak sudi mendengar rintihannya...hanya yang penting kita kembali menginsafi dosa-dosa itu tanpa melakukannya lagi...kembali kepada fitrah yang murni bertuhankan ALLAH SWT... Sabda Rasulullah S.A.W "Demi Tuhan yang diriku berada didalam genggamannya, Seandainya kamu tidak melakukan dosa nescaya allah akan mematikan kamu. Kemudian allah akan mendatangkan satu kaum yang melakukan Dosa dan mereka memoho keampuna kepada Allah lantas Allah mengampuni mereka". (hadith riwayat Imam Muslim)

4) Tanda allah menyintai hambanya lagi adalah apabila dilapangkan dadanya menerima Ilmu yang menjadi petunjuk ke jalan yang benar. bahkan dikirim kedalam hatinya petunjuk hidayah supaya terselamat dari gelombang keganasan yang dilakukannya sendiri...berdoalah terus menerus kepada allah... sabda rasullullah s.a.w " tuhan kita turun ke alngit pada waktu malam tatkala tiba sepertiga malam yang akhir lalu berfirman " siapakah yang berdoa kepadaku nescaya aku terima, siapakah yang meminta kepadaku nescaya aku beri dan siapakah yang meminta ampun nescaya aku ampuni". (hadith riwayat Bukhari dan Muslim).


Aku sangat tersentuh dengan hadith nabi ini..." Apabila Allah mencintai seseorang maka ia akan membuatnya faham mengenai agamanya" (hadith riwayat al-Bukhari & Muslim)


Apa 'Ibrah yang aku perolehi adalah, sentiasa bangun malam memohon,merintih,merayu,menangis disisi Allah Ta'ala...Moga allah kekalkan aku sedemikian hingga sampai masaku nanti...yang aku tidak tahu bila masanya...aku amat gusar dan resah menantikan saat itu...melihat bekalanku yang entah ada tau tidak...aku berusaha menguatkan semangat mujahadah dan pengorbananku utk melayari bahtera kehidupan ini yang penuh dengan dugaan dan tribulasi...sentiada berdampingan dengan Al-quran...mentadabbur dan mengamalkannya...buat panduan sepanjang hayatku...Juga akan ku beramal dgn Sunnah nabi sbg Bukti kasih & cintaku padanya...

Akhir Kalam apa yang aku ingin Ungkapkan disini " Aku memohon padamu Ya Allah Agar Aku Kuat utk terus berhidup dangan Iman yang memenuhi Ruang Hatiku,Tabahkan Aku meneruskan hayatku utk pulang kepangkuanmu Dengan Hatiku yang Sejahtera dan murni...Aku ingin Hatiku Agar terus terpelihara seumpama air yang mengalir didalam Bumi,tidak pernah dicemari dan disentuh oleh Dunia,agar ia tetap mengalir bersih mengikut fitrahnya,terus terpelihara oleh tuhannya...Aku juga ingin Hatiku Umpama bulan purnama...memeliki cahaya indah dalam dakapan malam gelita...terus meyerlah bersih warnanya memecah tirai kegelapan...Agar terus dipayungi oleh allah Ta'ala... ameen ya Rabbal 'Alamin...

.kisah lalat dan semut..

.kisah lalat dan semut..

Beberapa ekor lalat nampak terbang berpesta di atas sebuah tong sampah di depan sebuah rumah. Suatu ketika, anak pemilik rumah keluar dan tidak menutup kembali pintu rumah. Kemudian nampak seekor lalat bergegas terbang memasuki rumah itu. Si lalat langsung menuju sebuah meja makan yang penuh dengan makanan lazat.

"Saya bosan dengan sampah-sampah itu, ini saatnya menikmati makanan segar," katanya. Setelah kenyang, si lalat bergegas ingin keluar dan terbang menuju pintu saat dia masuk, namun ternyata pintu kaca itu telah terutup rapat. Si lalat hinggap sesaat di kaca pintu memandangi kawan-kawannya yang melambai-lambaikan tangannya seolah meminta agar dia bergabung kembali dengan mereka.

Si lalat pun terbang di sekitar kaca, sesekali melompat dan menerjang kaca itu, dengan tak kenal menyerah si lalat mencoba keluar dari pintu kaca. Lalat itu merayap mengelilingi kaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan bolak-balik, demikian terus dan terus berulang-ulang. Hari makin petang, si lalat itu nampak kelelahan dan kelaparan.

Esok paginya, nampak lalat itu terkulai lemas terkapar di lantai. Tak jauh dari tempat itu, nampak serombongan semut merah berjalan beriringan keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Dan ketika menjumpai lalat yang tak berdaya itu, serentak mereka mengerumuni dan beramai-ramai menggigit tubuh lalat itu hingga mati. Kawanan semut itu pun beramai-ramai mengangkut bangkai lalat yang malang itu menuju sarang mereka.

Dalam perjalanan, seekor semut kecil bertanya kepada rekannya yang lebih tua, "Ada apa dengan lalat ini, Pak? Mengapa dia sekarat?" "Oh.., itu sering terjadi, ada saja lalat yang mati sia-sia seperti ini. Sebenarnya mereka ini telah berusaha, dia sungguh-sungguh telah berjuang keras berusaha keluar dari pintu kaca itu. Namun ketika tak juga menemukan jalan keluar, dia frustasi dan kelelahan hingga akhirnya jatuh sekarat dan menjadi menu makan malam kita.

" Semut kecil itu nampak manggut-manggut, namun masih penasaran dan bertanya lagi, "Aku masih tidak mengerti, bukannya lalat itu sudah berusaha keras? Kenapa tidak berhasil?"

Masih sambil berjalan dan memanggul bangkai lalat, semut tua itu menjawab, "Lalat itu adalah seorang yang tak kenal menyerah dan telah mencoba berulang kali, hanya saja dia melakukannya dengan cara-cara yang sama." Semut tua itu memerintahkan rekan-rekannya berhenti sejenak seraya melanjutkan perkataannya, namun kali ini dengan mimik dan nada lebih serius, "Ingat anak muda, jika kamu melakukan sesuatu dengan cara yang sama tapi mengharapkan hasil yang berbeda, maka nasib kamu akan seperti lalat ini."

"Para pemenang tidak melakukan hal-hal yang berbeda, mereka hanya melakukannya dengan cara yang berbeda."

Futur

Bismillahirrahmanirrahim,

Erti FuturFutur adalah perkataan dari bahasa Arab asalnya ia bermakna terputus, berhenti, malas dan lambat, setelah sebelumnya konsisten dan rajin. Dalam konteks amal dakwah, ia adalah satu penyakit yang menimpa aktivis dakwah dalam bentuk rasa malas, menunda-nunda, berlambat-lambat dan yang paling buruk ialah berhenti dari melakukan amal dakwah. Sedangkan sebelumnya ia adalah seorang yang aktif dan beriltizam.

Fenomena ini adalah satu perkara yang biasa berlaku dan dihadapi oleh ramai mereka yang bertangungjawab dalam mentarbiyah para aktivis dakwah. Hakikat ini adalah kerana futur merupakan sifat semula jadi manusia. Rasulullah s.a.w bersabda dalam sebuah hadits yang bermaksud; "Sesungguhnya bagi setiap amalan adalah masa-masa rajin dan tiap-tiap masa rajin ada futur. Namun barangsiapa yang futurnya menjurus kepada sunnahku, maka sesungguhnya ia telah memperoleh petunjuk. Barangsiapa pula yang futurnya menjurus kepada selain sunnahku, maka ia telah tersesat." (Riwayat Al-Bazzar)

Bahaya Futur
Walau pun futur adalah sesuutu yang lumrah berlaku dalam diri manusia tetapi ia mestilah diurus, sebagaimana yang diajarkan oleh hadith di atas dengan memalingkan perasaan itu kepada sesuatu yang sejajar dengan sunnah. Jika tidak ia akan mengkibatkan kesan buruk. Antara kesan buruk itu ialah;

1. Pengabaian kepada amanah.
Futur menyebabkan seorang aktivis dakwah bermalas dalam menunaikan tugas dakwahnya. Ini kadangkala sehingga menyebabkan tugas berkenaan lewat disempurnakan atau terbengkalai sehingga mengganggu keseluruhan projek yang hendak dilaksanakan. Apa jua pengabaian kepada kewajiban adalah pelanggaran amanah yang akan dipertanggungjawabkan oleh Allah taala.

2. Gugur dari jalan dakwah.
Sekiranya futur tidak ditangani atau dibiarkan tanpa dirawat, ia akan menjadi satu tabiat. Lama-lama, perasaan ini menjadi sebati dan aktivis berkenaan menjadi semakin jauh dari amal dakwah. Akhirnya, ia terus tidak lagi terbabit dalam amal dakwah. Apabila seorang itu gugur dari jalan dakwah, maka ia telah hilang banyak kebaikan dari usaha dakwah. Lebih buruk lagi, ia telah mengabaikan kewajiban dakwah yang ditaklifkan ke atasnya sebagai seorang Muslim.

3. Mengakhiri kehidupan dalam keadaan yang futur.
Apabila seseorang itu berlama-lama dalam keadaan futur sehingga menjadi kebiasaannya, maka ia menanggung risiko besar untuk mati dalam keadaan sedemikian kerana dia tidak tahu akan masa kematiannya. Adalah ditakuti, jika Allah taala mengambil nyawanya sedangkan dia dalam keadaan futur, sedangkan Allah taala menghisab amal manusia berdasarkan akhir hayatnya. Maka sebab itulah, Rasulullah s.a.w mengajar umatnya agar sentiasa berdoa dengan doa; "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepadaMu dari kesusahan dan kesedihan, aku berlindung kepadaMu dari penyakit lemah dan malas..."(Riwayat Abu Daud). Di dalam sebuah hadith, Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud; "Sesungguhnya seorang hamba itu ada yang melakukan amalan ahli neraka padahal ia termasuk ahli syurga, dan ada pula yang mengamalkan amalan ahli syurga padahal ia termasuk ahli neraka. Sesungguhnya amal itu tergantung pada kesudahannya." (Riwayat Al-Bukhari)

Kenapa Futur Berlaku?
Sebahagian dari langkah untuk menangani futur ialah memahami sebab ia berlaku. Dengan itu, kita dapat berusaha mencegah, menjangkakan atau mendiagnosnya, setelah itu merawatnya dengan preskripsi yang betul. Futur berlaku disebabkan oleh faktor-faktor berikut;

1. Melakukan amalan agama secara berlebihan, melampau atau memaksa diri. Ramai aktivis dakwah begitu bersemangat pada mulanya untuk melakukan pelbagai perkara sehingga tidak memerhatikan aturan alam, anjuran Islam dan keupayaan diri. Akhirnya apabila naluri semulajadi futur muncul, ia menjadi lemah, jenuh dan bosan sebagaimana yang dinyatakan oleh hadits di atas. Maka sebab itulah Rasulullah s.a.w menganjurkan dalam sabdanya yang bermaksud; "Jangan kamu memberat-beratkan diri. Nanti akan diberatkan ke atasmu." (Riwayat Abu Daud). Oleh itu, pembimbing tarbiyah mestilah mendidik aktivis dakwah untuk mengikuti anjuran Rasulullah s.a.w dalam hadith yang bermaksud; "Lakukanlah amal sesuai dengan kemampuanmu kerana sesungguhnya Allah tidak merasa bosan sehingga kamu sendiri merasa bosan. Sesungguhnya amalan yang paling disukai oleh Allah ialah yanag dilakukan secara rutin walau pun sedikit." (Riwayat Al-Bukhari & Muslim)

2. Suka berlebih-lebih dalam perkara yang mubah. Satu contoh ialah berlebihan dalam pemakanan. Walau pun makan adalah satu keharusan tetapi apabila seseorang itu berlebihan dalamnya, ia akan memberi kesan kepada tubuh dan rohaninya. Badannya menjadi gemuk dan berat untuk aktif yang menatijahkan rasa malas. Contoh lain ialah tabiat melunsur internet atau berchat. Apabila seseorang berlebihan dalamnya, ia akan merasa ketagihan sehingga banyak masa yang digunakan untuk melunsur dan berchat. Akibatnya masa untuk dakwah menjadi kurang dan ia sering merasa konflik antara menggunakan masa untuk amal dakwah dengan tabiat melunsur dan berchat. Untuk menjauhi futur, perlulah aktivis dakwah ditarbiyah agar berpada dalam perkara yang mubah.

3. Suka bersendiri dan berjauhan dari berjamaah. Apabila seorang aktivis suka bersendiri, maka dia telah hilang satu benteng pertahanan dari syaitan kerana Rasulullah s.a.w bersabda bahawa syaitan itu lebih dekat kepada seorang dari kepada dua orang dan lebih dekat kepada dua orang dari kepada tiga orang. Syaitan ibarat serigala yang sentiasa mengintai kambing yang terasing dari kumpulannya. Pastinya syaitan akan sentiasa berbisik agar seseorang itu meninggalkan amal dakwah. Oleh itu, aktivis dakwah mestilah dididik untuk melazimi teman-teman aktivis seorganisasi bagi mengelakkan futur. Pembimbing tarbiyah pula mestilah berusaha untuk sentiasa membina kemesraan aktivis dakwah dengan organisasinya dan memastikan kemesraan yang berterusan sesama aktivis.

4. Kurang mengingati mati dan Akhirat. Antara faktor pendorong kuat dalam amal dakwah ialah hasrat mendapat pahala, rasa rindu dengan syurga, takut akan dosa dan siksa neraka. Kesemua ini berkaitan dengan mengingati akhirat. Oleh itu, apabila mengingati akhirat berkurangan, ia akan diganti dengan ingatan kepada benda-benda lain. Natijahnya faktor pendorong menjadi lemah dan futur menguasai diri. Maka sebab itulah penting bagi aktivis dakwah untuk ditarbiyah agar mempunyai rutin ibadah tertentu yang akan terus mengingatkannya akan akhirat, bukan hanya bercakap mengenai fikrah atau menumpu pada kemahiran semata-mata.

5. Lengah dengan syubhat dan dosa. Manusia akan pasti melakukan silap dan dosa tetapi ia tidak boleh mempunyai sikap toleransi dengan dosa atau bertoleransi setelah melakukannya kerana dosa akan membina titik hitam. Jika titik itu tidak dibiarkan ia akan melemahkan semangat dan mengakibatkan futur.

6. Membataskan aktiviti pada aspek tertentu sahaja. Antara punca rasa jemu ialah tiada kepelbagaian. Oleh itu, pembimbing tarbiyah hendaklah membimbing para aktivis dakwah untuk mempelbagaikan segala tindakannya. Ia mesti mempelbagaikan ibadah mereka agar apabila mereka jemu pada satu ibadah, mereka masih melazimi satu ibadah yang lain. Ia mesti mempelbagaikan corak amal dakwah mereka agar mereka tidak mudah jemu dan bosan. Dengan itu, kemungkinan futur menjadi rendah.

7. Melupakan sunnah alam. Futur berlaku juga apabila seseorang itu dalam melakukan amal dakwahnya tanpa mengikut aturan alam seperti mahu satu perubahan yang segera dan cepat, tidak realistik dengan harapannya, sehingga apabila usahanya selalu gagal, ia menjadi putus asa. Termasuk dalam memelihara sunnah alam ialah menunaikan hak badan, keluarga dan hak-hak lain. Sedangkan Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud; "Sesungguhnya Tuhanmu mempunyai hak atasmu, dirimu mempunyai hak atasmu, keluargamu juga mempunyai hak atasmu. Oleh itu, berikan setiap yang punya hak, akan haknya." (Riwayat Al-Bukhari). Selain pembimbing tarbiyah sentiasa memerhatikan aspek ini dalam diri para aktivis, dia hendaklah memastikan agar tidak menjadi punca para aktivis mengabaikan hak-hak yang lain dengan memberi tugas-tugas atau tuntutan yang berlebihan.

8. Tidak ada persiapan menghadapi cabaran di jalan dakwah. Jalan dakwah sentiasa dipenuhi oleh ujian. Seseorang yang tidak bersedia atau mempunyai persiapan akan pasti ditewaskan oleh ujian ini. Maka sebab itulah penting bagi aktivis dakwah untuk melalui program tarbiyah yang sistematik sebagai salah satu mekanisme persiapan di jalan dakwah. Pembimbing tarbiyah tidak boleh hanya seronok melihat kesibukan aktivis dakwah dengan pelbagai projek sehingga tidak ada masa untuk tarbiyah.

9. Lebih banyak bercampur dengan teman-teman. Rasulullah s.a.w bersabda yang bemaksud; "Seseorang itu mengikut agama temannya kerana itu hendaklah kamu melihat orang yang kamu jadikan teman." (Riwayat Abu Daud). Maka sebab itu penting bagi pembimbing tarbiyah untuk membina kemesraan dengan para aktivis dan kemesraan sesama mereka. Dengan kemesraan itu, mereka saling mengasihi dan menjadi teman yang terbaik antara satu sama lain. Dengan itu juga, mereka tidak condong kepada golongan-golongan lain untuk dijadikan teman. Ini adalah cara yang lebih baik dari cuba control atau halang seseorang aktivis dari berkawan dengan yang lain.

10. Bekerja untuk dakwah tanpa bersistem. Apabila seseorang bekerja tanpa ikut sistem dan perancangan yang baik, ia akan memenatkan diri sendiri dan kurang mendapat hasil yang baik. Ini pastinya akan menjejas semangat dan komitmennya. Menjadi tanggungjawab pembimbing tarbiyah untuk menyepadukan pembinaan kemahiran yang betul sebagai sebahagian dari program tarbiyah bag imengelakkan faktor ini. Di samping itu, pembimbing tarbiyah sendiri mestilah menjadi contoh yang baik.

Merawat Futur
Setelah memahami punca-punca futur, maka merawatnya boleh dilakukan melalui perkara-perkara berikut;
1. Jauhi maksiat yang kecil, apatah lagi yang besar.
2. Mewujudkan rutin amalan dan ibadah, waktu siang dan malam.
3. Jauhilah segala sikap berlebihan, samada dalam menikmatai yang mubah atau dalam beribadah.
4. Membina kemesraan dengan organisasi dan rakan-rakan aktivis.
5. Mendidik aktivis untuk memahami aturan alam dan meraikannya dalam amal dakwah.
6. Menyemai budaya hidup yang teratur, sistematik dan terancang.
7. Berikan tempoh rehat (break) bagai para aktivis, sebelum timbul rasa lemah.
8. Benarkan sedikit perkara mubah bagi aktivis seperti bergurau, berehat, beriadah dll.
9. Berikan kisah-kisah para sahabat dan orang-orang soleh dan perjuangan mereka untuk diambil iktibar dan memperbaharui semangat.
10. Memberi peingatan yang menimbulkan ingatan terhadap mati dan akhirat.
11. Menggalakkan aktivis untuk melazimi majlis ilmu di luar program tarbiyah yang biasa kerana ia akan membantu proses pembinaan kefahaman yang betul dan menambah keberkatan.