Monday, August 23, 2010

Siapakah Wali ALLAH?

Ingatlah, sesungguhnya para wali Allah tiada ketakutan pada diri mereka dan tiada pula mereka berduka cita. (QS. Yunus : 62).

Tulisan ini saya tujukan kepada orang-orang yang ingin mencari dan bertemu dengan Kekasih Allah yang setiap zaman diturunkan oleh Allah SWT ke dunia untuk membimbing manusia agar tetap di jalan yang diridhai-Nya. Tulisan ini mudah-mudahan bisa membuka hijab orang-orang yang selama ini mengingkari adanya Wali Allah. Siapakah Wali Allah itu? Dan bagaimana kita bisa mengetahui kalau seseorang mempunyai derajat Wali? Berikut pendapat para Syekh tentang Wali Allah.

Abu Yazid al Busthami mengatakan: Para wali Allah merupakan pengantin-pengantin di bumi-Nya dan takkan dapat melihat para pengantin itu melainkan ahlinya. Mereka itu terkurung pada sisi-Nya di dalam hijab (dinding penutup) kegembiraan dan takkan dapat melihat kepada mereka seorangpun di dunia ini maupun diakhirat, yakni tiada dapat mengetahui rahasia mereka.

Tanda (alamat) bagi seorang wali itu ada tiga: yakni agar menjadikan kemauan kerasnya demi untuk Allah, pelariannya kepada Allah dan kemasygulannya dengan Allah. Pendapat lain menyatakan, bahwa tanda seorang wali adalah memandang diri dengan kerendahan dan merasa takut akan kejatuhan dirinya dari martabat yang ia berada di atasnya, sambil tidak percaya dengan sesuatu kekeramatan yang nyata bagi dirinya, tiada pula ia tertipu dengannya. Tiada ia memohonkan kekeramatan itu untuk dirinya dan tiada pula ia mengakui (kekeramatan itu).

Al Khaffaz telah berkata: Apabila Allah berkehendak untuk menjadikan hamba-Nya seorang wali, niscaya dibukakan baginya pintu dzikir. Apabila ia telah merasa lezat dengan dzikir itu, maka dibukakan pula atasnya pintu pendekatan. Kemudian ditinggikan martabat-Nya kepada majelis-majelis kegembiraan. Lalu ia didudukkan di atas kursi keimanan untuk disingkapkan (dibukakan) daripadanya hijab (tabir penutup) dan dimasukkannya ia ke pintu gerbang ke-Esaan serta diungkapkan baginya garis-garis ke-Maha Agungan Allah. Pada saat penglihatannya tertuju kepada ke-Maha Agungan serta kebesaran-Nya, niscaya ia akan tinggal tanpa dirinya dan akan menjadi fana (lenyap) untuk tiba menuju pemeliharaan (penjagaan) Allah, agar terlepas dari segala pengakuan dirinya. Baru kemudian ia pun menjadi seorang wali.

Mungkin seorang wali menjadi batal kewaliannya dalam sebagian hal ihwal. Akan tetapi, yang umum atas diri wali di dalam perjalanannya dari kebatalan menuju pada ketetapan adalah kesungguhannya menunaikan hak-hak Allah Swt berbelas kasih kepada para makhluk-Nya dalam segala hal ihwal dengan hati yang sabar, sambil memohon kepada Allah, segala kebaikan diberikan untuk para makhluk. (Mahmud Abul Faidi al Manufi al Husain, Jamharotul Aulia’ Terjemah Abu Bakar Basymeleh, th.1996, Mutiara Ilmu, Surabaya, hlm. 179).

Al Quthub Abdul Abbas al Mursi, menegaskan dalam kitab yang ditulis oleh muridnya, Lathaiful Minan, karya Ibnu Athaillah as Sakandari, “Waliyullah itu diliput ilmu dan makrifat-makrifat, sedangkan wilayah hakekat senantiasa disaksikan oleh mata hatinya, sehingga ketika ia memberikan nasehat seakan-akan apa yang dikatakan seperti identik dengan idzin Allah. Dan harus dipahami, bagi siapa yang diidzinkan Allah untuk meraih ibarat yang diucapkan, pasti akan memberikan kebaikan kepada semua makhluk, sementara isyarat-isyaratnya menjadi riasan indah bagi jiwa-jiwa makhluk itu.”

Dasar utama perkara wali itu, kata Abul Abbas, “Adalah merasa cukup bersama Allah, menerima ilmu-Nya dan mendapatkan pertolongan melalui musyahadah kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman: “Barang siapa bertawakkal kepada Allah, maka Dia-lah yang mencukupinya.” (QS. ath Thalaq : 3). “Bukankah Allah telah mencukupi hambanya?” (az Zumar : 36). “Bukankah ia tahu, bahwa sesungguhnya Allah itu Maha Tahu?” (QS. al Alaq : 14). “Apakah kamu tidak cukup dengan Tuhanmu, bahwa sesungguhnya Dia itu menyaksikan segala sesuatu ? (QS. Fushshilat : 53)”

Wali-wali itu merupakan orang-orang yang akan meneruskan hidup suci dari Nabi, orang-orang yang mujahadah, orang-orang yang menjaga waktu ibadat, yang rebut-merebut mengerjakan taat, yang tidak ingin lagi merasakan kelezatan lahir, kenikmatan panca indera, mengikuti jejak Nabi, mencontoh perbuatan Muhajirin dan Anshar, lari ke gunung dan gua untuk beribadat, melatih hati dan matanya untuk melihat Tuhan, merekalah yang berhak dinamakan Atqiya’, Akhfiya’, Ghuraba’, Nujaba’, dan lain-lain nama-nama sanjungan yang indah yang dipersembahkan kepada mereka.

Nabi berpesan, bahwa Tuhan mencintai Atqiya’ dan Akhfiya’, Tuhan mencintai Ghuraba’, yaitu mereka yang ke sana-ke mari menyelamatkan agamanya, yang nanti akan dibangkitkan pada hari kiamat bersama-sama Isa bin Maryam, Tuhan mencintai hamba-Nya yang membersihkan dirinya, yang melepaskan dirinya daripada kesibukan anak bini, cerita-cerita yang indah yang pernah disampaikan oleh Abu Waqqash, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Mas’ud, Abu Umamah dan lain-lain yang menjadi pembicaraan dalam kitab “Hilliyatul Auliya”, sebagai kitab besar yang menyimpan keindahan dan kemegahan wali-wali itu.

Diceritakan lebih lanjut dalam kitab-kitab sufi, bahwa wali-wali itu merupakan qutub-qutub atau khalifah-khalifah Nabi yang tidak ada putus-putusnya terdapat di atas permukaan bumi ini. Mereka meningkat kepada kedudukannya yang mulia itu sesudah mengetahui hakekat syari’at, sesudah memahami rahasia kodrat Tuhan, sesudah tidak makan melainkan apa yang diusahakan dengan tenaganya sendiri, sesudah tumbuh dan jiwanya suci, tidak memerlukan lagi hidup duniawi, tetapi semata-mata menunjukkan perjalanannya menemui wajah Tuhan.

Di antara para wali terdapat wali-wali Allah yang pangkatnya sangat digandrungi oleh para Nabi dan para Syuhada’ pada hari kiamat seperti hadits Rasulullah Saw :

Sesungguhnya ada di antara hamba Allah (manusia) yang mereka itu bukanlah para Nabi dan bukan pula para Syuhada’. Mereka dirindukan oleh para Nabi dan Syuhada’ pada hari kiamat karena kedudukan (pangkat) mereka di sisi Allah Swt seorang dari shahabatnya berkata, siapa gerangan mereka itu wahai Rasulullah? Semoga kita dapat mencintai mereka. Nabi Saw menjawab dengan sabdanya: Mereka adalah suatu kaum yang saling berkasih sayang dengan anugerah Allah bukan karena ada hubungan kekeluargaan dan bukan karena harta benda, wajah-wajah mereka memancarkan cahaya dan mereka berdiri di atas mimbar-mimbar dari cahaya. Tiada mereka merasa takut seperti manusia merasakannya dan tiada mereka berduka cita apabila para manusia berduka cita. (HR. an Nasai dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya)

Kemudian Rasul membacakan firman Allah Swt:

Ingatlah, sesungguhnya para wali Allah tiada ketakutan pada diri mereka dan tiada pula mereka berduka cita. (QS. Yunus : 62).

Pernah Rasulullah Saw ditanya tentang siapa para wali Allah itu? Beliau menjawab: “Mereka itulah pribadi-pribadi yang apabila dilihat orang, niscaya Allah Swt disebut bersama (nama)-Nya.” Mereka terbebas (terselamatkan) dari fitnah dan cobaan dan terhindar dari malapetaka. Nabi bersabda :

اِنَّ ِللهِ ضَنَائِنَ مِنْ عِبَادِهِ يُعْذِيْهِمْ فِى رَحْمَتِهِ وَيُحْيِيْهِمْ فِى عَافِيَتِهِ اِذَا تَوَافَّاهُمْ تَوَافاَّهُمْ اِلَى جَنَّتِهِ اُولَئِكَ الَّذِيْنَ تَمُرُّ عَلَيْهِمُ الْفِتَنُ كَقَطْعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ وَهُوَ مِنْهَا فِى عَافِيَةٍ

Sesungguhnya bagi Allah ada orang-orang yang baik (yang tidak pernah menonjolkan diri di antara para hamba-Nya yang dipelihara dalam kasih sayang dan dihidupkan di dalam afiat (sehat yang sempurna). Apabila mereka diwafatkan, niscaya dimasukkan kedalam surganya. Mereka terkena fitnah atau ujian, sehingga mereka seperti berjalan di sebagian malam yang gelap, sedang mereka selamat daripadanya.

Jadi, seorang Wali akan mengalami hinaan dan makian sebagaimana yang dialami oleh Para Nabi dan itu tidak akan menyurutkan langkah mereka untuk berdakwah membesarkan Nama Tuhan. Saya jadi ingat ucapan Guru dari Guru saya kepada Beliau ketika Beliau masih berguru. “Nanti suatu saat nanti sejuta orang mengatakan kau masuk neraka tidak usah kau takut, kecuali yang SATU itu”

“Cintailah yang di bumi maka yang di langit akan mencintaimu” Semoga Allah SWT berkenan mempertemukan kita dengan Kekasih-Nya di muka bumi agar kita bisa mencintai kekasih-Nya dengan demikian maka Allah SWT pasti mencintai kita. Amin Ya Rabbal ‘Alamin

Peliharalah ROH

Pada suatu hari Abu Bashir berada di Masjid A-Haram. la terpesona menyaksikan ribuan orang yang bergerak mengelilingi Kabah, mendengarkan gemuruh tahlil, tasbih, dan takbir mereka. Ia membayangkan betapa beruntungnya orang-orang itu. Mereka tentu akan mendapat pahala dan ampunan Tuhan. Imam Ja’far Al-Shadiq, tokoh spiritual yang terkenal dan salah seorang ulama besar dari keluarga Rasulullah saw, menyuruh Abu Bashir menutup matanya. Imam Ja’far mengusap wajahnya. Ketika ia membuka lagi matanya, ia terkejut. Di sekitar Ka’bah ia melihat banyak sekali binatang dalam berbagai jenisnya- mendengus, melolong, mengaum.Imam Ja’far berkata, “Betapa banyaknya lolongan atau teriakan; betapa sedikitnya yang haji.”

Apa yang disaksikan Abu Bashir pada kali yang pertama adalah tubuh-tubuh manusia. Apa yang dilihat kedua kalinya adalah bentuk-bentuk roh mereka. Kita adalah makhluk yang hidup di dua alam sekaligus. Tubuh kita hidup di alam fisik, terikat dalam ruang dan waktu. Para ulama menyebut alam fisik ini sebagai alam nasut, alam yang bisa kita lihat dan kita raba, Kita dapat menggunakan pancaindera kita untuk mencerapnya. Sementara itu, roh kita hidup di alam metafisik, tidak terikat dalam ruang dan waktu. Para ulama menyebut alam ini alam malakut. Menurut Al-Quran, bukan hanya manusia, tetapi segala sesuatu mempunyai malakut-nya. “Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya malakut segala sesuatu. Dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.’ (QS. Yasin 83); ‘Dan demikianlah kami perlihatkan kepada Ibrahim, malakut langit dan bumi.” (QS. Al-An’arn 75)

Roh kita, karana berada di alam malakut, tidak dapat dilihat oleh mata lahir kita. Roh adalah bahagian batiniah dari diri kita. Ia hanya dapat dilihat oleh mata batin. Ada sebahagian di antara manusia yang dapat melihat roh dirinya atau orang lain. Mereka dapat menengok ke alam malakut. Kemampuan itu diperoleh karena mereka sudah melatih mata batinya dengan riyadhah kerohanian atau karena anugrah Allah (al-mawahib al-rabbaniyyah). Para Nabi, para walli, dan orang-orang saleh seringkali mendapat kesempatan melihat ke alam rnalakut itu.

Makanan Roh

Roh -seperti tubuh-juga dapat berada dalam berbagai keadaan. Imam Ali kw berkata, ‘Sesungguhnya tubuh mengalami enam keadaan; sehat, sakit, mati, hidup, tidur, dan bangun. Demikian pula roh. Hidupnya adalah ilmunya, matinya adalah kebodohannya., sakitnya adalah keraguannya, dan sehatnya adalah keyakinannya, tidurnya adalah kelalaiannya, dan bangunnya ialah penjagaannya.’ (BiharAl-Anwar 61:40)

Seperti tubuh, roh pun memerlukan makanan. Mulla Shadra tidak menyebutnya makanan. Ia menyebutnya rezeki. Ia berkata, ‘Setiap yang hidup perlu rezeki, dan rezeki arwah adalah cahaya-cahaya ilahiah dan ilmu-ilmu rabbaniah.’ (Mafatih AI-Ghaib 545)

Untuk meningkatkan kualiti atas roh, supaya ia sehat dan kuat, kita perlu memberikan kepadanya cahaya-cahaya ilahiah dalam bentuk zikir, doa, dan ibadat-ibadat lainnya seperti solat, puasa, dan haji. Pada Bulan Ramadhan, kita berusaha menerangi roh kita dengan berbagai makanan rohani. Kita mandikan roh kita dengan proses pensucian batin, seperti istighfar, mengendalikan hawa nafsu, dan menjauhi kemaksiatan. Karena itu Nabi saw bersabda, ‘Bulan Ramadhan adalah bulanyang diwajibkan atas kamu puasanya dan disunnahkan bagimu bangun malamnya. Barangsiapa yang berpuasa dan melakukan salat malamnya dengan iman dan ikhlas, Tuhan akan mengampuni dosa-dosanya yang terdahulu. (Dalam riwayat lain) la akan keluar dari dosa-dosanya seperti ketika ia keluar dari perut ibunya.’

Kita menghidupkan roh dengan ilmu-ilmu rabbaniah. Inilah yang kita maksud dengan dimensi intelektual dari keberagamaan kita. Ada ilmu-ilmu yang membantu kita untuk memelihara kesihatan tubuh kita seperti ilmu gizi, kedoktoran, ekologi, dan sebagainya. Di samping itu, ada ilmu-ilmu yang menolong kita untuk menyihatkan roh kita: ilmu-ilmu tentang Al-Quran dan Sunnah (syariat), ilmu-ilmu tentang cara mendekatkan diri kita kepada Allah (thariqat), dan ilmu-ilmu berkenaan dengan pengalaman rohaniah (haqiqat).

Seperti tubuh, roh yang tidak diperhatikan dan dipelihara, roh yang kekurangan makanan akan menjadi roh yang lemah, sakit-sakitan, dan akan dikuasai setan. Roh yang sakit tampak dalam gejala-gejala seperti kegelisahan, keresahan, kebingungan, hidup yang tidak bermakna, hidup tanpa tujuan, kosongan eksistensial (existential vacuum). Pendeknya, roh yang sakit tampak dalam hidup yang tidak tentram. Al-Quran melukiskannya, ‘Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan kami menghimpunkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha 124); “Barangsiapa yang Allah menghendaki akan diberikan kepadanya pet-unjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk Islam. Dan barangsiapa dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepadaorang-orang yang tidak beriman.’ (QS. Al-An’am 120).

Keindahan Roh

Seperti tubuh, arwah mempunyai rupa yang bermacam-macam: buruk atau indah; juga mempunyai bau yang berbeda: busuk atau harum. Rupa roh jauh lebih beragam dari rupa tubuh. Berkenaan dengan wajah lahiriah, kita dapat saja menyebut wajahnya mirip binatang, tapi pasti ia bukan binatang. Roh dapat betul-betul berupa binatang -babi atau kera. Tuhan berkata, ‘Katakanlah: apakahakan Aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk kedudukannya di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka ada yang dijadikan kera dan babi dan penyembah Thagut? Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus. (Al-Maidah 60)

Al-Ghazali menulis: ‘Al-Khuluq dan Al-Khalq kedua-duanya digunakan. Misalnya si Fulan mempunyai khuluq dan khalq yang indah -yakni indah lahir dan batin. Yang dimaksud dengan khalq adalah bentuk lahir, yang dimaksud dengan khuluq adalah bentuk batin. Kerana manusia terdiri dari tubuh yang mencerap dengan mata lahir dan roh yang mencerap dengan mata batin. Keduanya mempunyai rupa dan bentuk baik buruk mahupun indah. Roh yang mencerap dengan mata batin memiliki kemampuan yang lebih besar dari tubuh yang mencerap dengan mata lahir. Karana itulah Allah memuliakan roh dengan menisbahkan kepada diri-Nya. Ia bersabda, ‘Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, Aku menjadikan manusia dan’ tanah. Maka apabila telah kusempurna kan kejadiannya dan kutiupkan kepadanya rohku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.’(QS. Shad 71-72). Allah menunjukkan bahwa jasad berasal dari tanah dan roh dari Tuhan semesta alam. (Ihya Ulum Al-Din, 3:58).

Khuluq -dalam bahasa Arab- berarti akhlak. Roh kita menjadi indah dengan akhlak yang baik dan menjadi buruk dengan akhlak yang buruk. Dalam teori akhlak dari Al-Ghazali, orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya, akan memiliki roh yang berbentuk babi; orang yang pendengki dan pendendam akan memiliki roh yang berbentuk binatang buas; orang yang selalu mencari dalih buat membenarkan kemaksiatannya akan mempunyai roh yang berbentuk setan (monster) dan seterusnya.

Ketika turun ke bumi, karana berasal dari Mahasuci, roh kita dalam keadaan suci. Ketika kita kembali kepadanya, roh kita datang dalam bentuk bermacam-macam. Ketika pohon pisang lahir ke dunia, ia lahir sebagai pohon pisang. Ketika mati, ia kembali sebagai pohon pisang lagi. Ketika manusia lahir, ia lahir sebagai manusia. Ketika mati, ia kembali kepada Tuhan dalam berbagai bentuk, tidak hanya dalam bentuk manusia saja. Ia dapat kembali dalam bentuk binatang, setan, atau cahaya.

Walhasil, untuk memperindah bentuk roh kita, kita harus melatihkan akhlak yang baik. Meningkatkan kualitas spiritual, berarti mernperindah akhlak kita. Kita menyimpulkan prinsip ini dalam doa ketika bercermin. “Allahumma kama ahsanta khalqi fa hassin khuluqi.’ (Ya Allah, sebagaimana Engkau indahkan tubuhku, indahkan juga akhlakku).

Roh dalam Maut

Kita kutipkan di sini hadits yang panjang;

“Kami sedang mengantarkan jenazah di Baqi. Kemudian datanglah Nabi dan duduk bersama kami di dekat jenazah. Kami tundukkan kepala kami seakan-akan burung hinggap di atasnya. Ia berkata: Aku berlindung dari siksa kubur, 3X. Sesungguhnya manusia mukmin ketika hendak memasuki akhirat dan meninggalkan dunia, turunlah malaikat kepadanya dengan wajah yang bersinar seperti cahaya matahari. Mereka duduk di dekat mayat sepanjang mata memandang. Lalu datanglah malakal maut dan duduk di dekat kepalanya dan berkata: Hai roh yang baik, keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaannya. Maka keluarlah roh itu mengalir seperti mengalirnya tetesan air dari mulut cerek. Malaikat maut mengambilnya. Apabila ia sudah mengambilnya, ia tidak membiarkannya berada di tangannya sekejap mata pun sampai ia menyimpannya di dalam kafan. Dari roh itu keluarlah bau harum semerbak memenuhi permukaan bumi. Para malaikat naik membawa roh itu. Setiap kali mereka rnelewati kelompok malaikat yang lain, mereka ditanya, ‘Siapa roh yang baik ini?’ Mereka menyebut Fulan bin Fulan dengan nama-nama yang indah yang diperolehnya di dunia. Ketika sampai di langit dunia, dibukakanlah pintu baginya. Pada setiap langit, malaikat mengantarkannya sampai ke langit berikutnya dan seterusnya sampai ke Allah Ta’ala.

Allah berfirman: ‘Tuliskan kitab hamba-Ku di tempat yang tinggi. Kembalikan dia ke bumi karena aku menciptakannya dari bumi, mengembalikannya ke bumi, dan mengeluarkannya dari bumi sekali lagi. Lalu rohnya dikembalikan ke jasadnya. Dua malaikat datang dan duduk bersamanya seraya berkata: Siapa Tuhanmu? Ia berkata: Tuhanku Allah. Apa agamamu? Agamaku Islam. Siapa laki-laki yang diutus kepadamu? Rasulullah. Darimana kamu mengetahui hal ini? Aku membaca Kitabullah, beriman kepadanya, dan membenarkannya. Seorang penyeru berseru dari langit: Benar hambaku. Hamparkan baginya tikar dari surga. Bukakan baginya pintu dari surga. Lalu angin dan semerbak surga datang kepadanya. Kuburan dilegakan seluas pandangan mata. Seseorang yang berwajah cantik datang kepadanya dengan baju yang indah dan bau yang harum. Ia berkata: Bergembiralah dengan apa-apa yang akan membahagiakan kamu. Inilah hari yang dijanjikan kepadamu. Mayit bertanya: siapakah kamu? Wajahmu wajah yang membawa kebaikan. Ia berkata: Saya. amal shalehmu. Ia berkata: Tuhanku, tegakkanlah hari kiamat supaya aku kembali kepada keluargaku dan kekayaanku.

Bila seorang kafir meninggalkan dunia dan memasuki akhirat, dari langit turunlah mialaikat berwajah buruk dan membawa kain yang buruk. Mereka duduk di dekat mayit sepanjang mata memandang. Lalu datanglah malakal maut dan duduk di dekat kepalanya dan berkata: Hai roh yang buruk, keluarlah menuju kemurkaan Allah dan kemarahan-Nya.. Malaikat maut mencabut nyawanya seperti sisir besi mencabuti bulu yang basah. Mailakat maut mengambilnya. Apabila ia sudah mengarnbilnya, ia tidak membiarkannya berada di tangannya sekejap mata pun sampai ia menyimpannya di dalam kain buruk itu. Dari roh itu keluar bau yang lebih busuk dari bau bangkai dan memenuhi permukaan bumi. Para malaikat naik mernbawa roh itu. Setiap kali mereka melewati kelompok malaikat yang lain mereka ditanya. “Siapa roh yang buruk ini”? Mereka menjawab; Fulan bin Fulan dan menyebutnya dengan nama-nama yang buruk yang diperolehnya dari dunia. Ketika ia sampai ke langit dunia, ia minta dibukakan pintu langit, tetapi tidak dibukakan kepadanya. Kemudian. Rasulullah saw membaca ayat Al-Quran, “Sesingguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan kepada mereka pintu-pintu langit dan tidak pula mereka masuk surga, seperti tidak mungkinnya unta masuk ke lubang jarum. (QS. Al-A’raf 40)

Allah berfirman, ‘Tuliskan kitabnya di bumi yang paling rendah.’ Maka dilemparkanlah rohnya. Kemudian Nabi membaca ayat Al-Quran, ‘Dan barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. (QS. AI-Haj 31) Lalu rohnya dikembalikan ke jasadnya. Dua malaikat datang dan duduk bersamanya, seraya berkata: Siapa Tuhanmu? Ia berkata: Ah, aku tidak tahu. Seorang penyeru berteriak dari langit: Bohong hambaku. Hamparkan kepadanya tikar dari api neraka. Bukakan baginya pintu neraka. Panas dan keringnya neraka mendatanginya. Kuburannya disempitkan sampai pecah tulang-tulangnya. Seseorang yang berwajah buruk, berpakaian buruk, berbau busuk datang kepadanya dan berkata: Terimalah berita yang menyusahkan kamu. Inilah hari yang telah dijanjikan kepadamu. Mayat bertanya, ‘Siapakah kamu? Wajahmu wajah yang membawa keburukan.’ Ia menjawab, ‘Aku amalmu yang buruk.’ Mayit itu berkata: Tuhanku jangan tegakkan hari kiamat. (Ibn Qayyim Al-Jawziyyah, Al-Roh hal 44-45).

Wallahu’alambishawab

Tuesday, August 10, 2010

Ramadhan

Assalammualaikum....

Salam ramadhan buat teman2 dan sekalian yang mengunjungi bloq ini... terima kasih banyak kepada sumer. Buat insan yang sentiasa berada dibelakang ku tak kira masa, susah mahupon senang, yang sentiasa memhami diriku.. ribuan terima kasih u ucap.. kasih sayang mu terhadap ku.. begitu besar ertinya dalam menjalani kehidpuan ku yang penuh dugaan... semoga ALLAH S.W.T merahmatinya....

Ramadhan kembali lagi.. detik2 yang sentiasa dinantikan... memohon pengampunan dari maha pencipta..

Semoga kita semua diampuni atas segala kesilapan lalu.. dan terus memperjuangkan keimanan dalam diri kita.. dan seterusnya menyinarkan sinar islam yang telah berkembang..

Sambut lah salam ramadhan dari diriku... selamat berpuasa....

Wednesday, August 4, 2010

Memandang Kehidupan

Saya cukup meminati beberapa rangkap ayat yang ditulis oleh Dr. Yusuf Al-Qardawi berkenaan dengan topik masa dalam kehidupan. Perkara yang sudah lepas usah kita bimbang dan tangisi.

Mari kita hayati beberapa rangkap ayat Dr. Yusuf Al-Qardawi di bawah:

"Beriman dengan sifat Allah Subhana wa Ta'ala yang bersifat (Al-Qudrad) iaitu yang berkuasa adalah iman yang paling optimis dan positif, yang boleh menyingkapkan manusia dari angan-angan kosong dan kecewa. Seterusnya mendorong manusia untuk terus berusaha dan mempertingkatkan lagi prestasi pekerjaannya di masa akan datang".

Mari kita hayati pula sebuah sajak yang dideklamasi oleh seorang penyajak Arab berkenaan tajuk ini yang mengandungi hikmah:
Puisiku...!
Daku hanya merayu,
"Jika.....Jikalau...."
Tiada Pangkal,
Tiada Penghujung,
Hanya beban-beban......!!
Yang Pergi....!!
Usah diharap kembali,
Usah ditangisi
Insan biasa,
Mengorak langkah.
Tuhan bijak,
Dia mengatur,
Hibur hatimu,
Usah dikenang,
Usah diratapi
Kepada yang pergi....

Ada sahaja sesetengah manusia yang memandang kehidupan di masa akan datang dengan seribu kekecewaan. Mereka melihat masa depan mereka dengan gelap-gelita. Mereka memandang tiada erti lagi kehidupan ini. Sejarah hitam mereka yang sudah lepas membuatkan mereka tidak positif akan masa hadapan.

Tidak diragui lagi bahawa pandangan ini boleh menghancurkan kehidupan manusia dan masyarakat sekitarnya. Kehidupan individu yang tanpa sebarang hasrat dan cita-cita yang gemilang adalah merupakan masa depan yang amat sempit, lebih sempit dari sehalus-halus lubang jarum.

Seorang penya'ir arab ada berkata:

"Hidup tanpa sebarang cita-cita, hidup tidak memberi sebarang erti"

(Sumber: Detik-detik Masa dalam Kehidupan oleh Dr. Yusuf Al-Qardawi)

Tanda Cinta Allah Buat Insan Yang Dicintainya

Assalamu'alaikum wbt...

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang...

Firman Allah SWT "mdan apabila hamba-ku bertanya mengenai aku, maka(jawablah) sesungguhnya aku dekat. Aku memakbulkan permohonan & permintaan orang yang berDOA apabila dia meminta kepada-ku." (2:186)

Bila mana Allah menyintai seseorang hamba itu, maka mengalirlah dan mekarlah ILHAM SUCI ke dalam hatinya yang membuatkan dia mengenal Tanda kecintaan-NYA. Ada beberapa tanda yang boleh membuatkan manusia dapat merasainya :-

1) Tanda Allah menyintai seseorang insan itu adalah apabila dia menjadi begitu berminat,tekun & merasai kehadiran tuhannya apabila beribadah. ibadah itu luas dimensinya,mencakupi perbuatan yang tidak melanggar syara' dengan niat semata2 kerana allah bemulalah dari kita bangkit dari tidur hinggalah kita tidur kembali...Subhanallah,betapa hebat dan ni'matnya kalau kita dapat merasai pernik-pernik kelazatan dalam beribadah. Kadangkala kita dapat melihat seseorang hamba itu sanggup beribadah hingga melebihi kapasitinya sbg insan lemah, semata2 utk meraih dan menagih cinta Allah Ta'ala.

2)Sabda Rasullullah s.a.w " Jika Allah mencintai seorang hamba, maka dia berfirman "Wahai jibil, ssungguhnya aku menyintai si Polan, maka cintailah dia"- (hadith Riwayat Imam Ahmad). orang yang dicintai allah tidak pernah merasakan ragu-ragu ibadahnya diterima atau ditolak...walaupun hatinya terkadang merasakan perasaan "HARAP" dan "TAKUT"...Harap agar amalannya diterima, takut amalannya menjadi seperti Debu-debu berterbangan...

3)Juga tanda cinta allah kepada insan yang dicintainya juga apabila seseorang yang malakukan maksiat dan dosa itu membuatkan dia lebih rapat dan hampir kepada Allah Ta'ala...Merasakan dia seorang yang kotor disisi Allah ta'ala...merasakan penyesalan dosa yang selamanya akan menghantui dirinya...merasakan kerendahan diri yang teramat derita ketika sujud memohon keampunan kepada allah...Dia akan terus bangkit dgn Jiwa Hamba membelakangi dosa-dosa lalu dgn penuh keinsafan, taubat dan istighfar kepada allah...ingin kembali padanya dengan hati yang penuh kesejahteraan dan ketenangan...ingat akan dirinya dan bekalannya utk kehidupannya yang sebenar nanti... Firman allah Ta'ala "Katakanlah wahai hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa daripada rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni Dosa kesemuanya. sesungguhnya allah Maha pengampun Lagi Maha penyayang. Dan kembalilah kamu kepada tuhanmu dan berserah dirilah kepada-NYA sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong lagi" (39:53-54)... Janganlah kita menyangka dengan dosa semalam, allah tidak sudi mendengar rintihannya...hanya yang penting kita kembali menginsafi dosa-dosa itu tanpa melakukannya lagi...kembali kepada fitrah yang murni bertuhankan ALLAH SWT... Sabda Rasulullah S.A.W "Demi Tuhan yang diriku berada didalam genggamannya, Seandainya kamu tidak melakukan dosa nescaya allah akan mematikan kamu. Kemudian allah akan mendatangkan satu kaum yang melakukan Dosa dan mereka memoho keampuna kepada Allah lantas Allah mengampuni mereka". (hadith riwayat Imam Muslim)

4) Tanda allah menyintai hambanya lagi adalah apabila dilapangkan dadanya menerima Ilmu yang menjadi petunjuk ke jalan yang benar. bahkan dikirim kedalam hatinya petunjuk hidayah supaya terselamat dari gelombang keganasan yang dilakukannya sendiri...berdoalah terus menerus kepada allah... sabda rasullullah s.a.w " tuhan kita turun ke alngit pada waktu malam tatkala tiba sepertiga malam yang akhir lalu berfirman " siapakah yang berdoa kepadaku nescaya aku terima, siapakah yang meminta kepadaku nescaya aku beri dan siapakah yang meminta ampun nescaya aku ampuni". (hadith riwayat Bukhari dan Muslim).


Aku sangat tersentuh dengan hadith nabi ini..." Apabila Allah mencintai seseorang maka ia akan membuatnya faham mengenai agamanya" (hadith riwayat al-Bukhari & Muslim)


Apa 'Ibrah yang aku perolehi adalah, sentiasa bangun malam memohon,merintih,merayu,menangis disisi Allah Ta'ala...Moga allah kekalkan aku sedemikian hingga sampai masaku nanti...yang aku tidak tahu bila masanya...aku amat gusar dan resah menantikan saat itu...melihat bekalanku yang entah ada tau tidak...aku berusaha menguatkan semangat mujahadah dan pengorbananku utk melayari bahtera kehidupan ini yang penuh dengan dugaan dan tribulasi...sentiada berdampingan dengan Al-quran...mentadabbur dan mengamalkannya...buat panduan sepanjang hayatku...Juga akan ku beramal dgn Sunnah nabi sbg Bukti kasih & cintaku padanya...

Akhir Kalam apa yang aku ingin Ungkapkan disini " Aku memohon padamu Ya Allah Agar Aku Kuat utk terus berhidup dangan Iman yang memenuhi Ruang Hatiku,Tabahkan Aku meneruskan hayatku utk pulang kepangkuanmu Dengan Hatiku yang Sejahtera dan murni...Aku ingin Hatiku Agar terus terpelihara seumpama air yang mengalir didalam Bumi,tidak pernah dicemari dan disentuh oleh Dunia,agar ia tetap mengalir bersih mengikut fitrahnya,terus terpelihara oleh tuhannya...Aku juga ingin Hatiku Umpama bulan purnama...memeliki cahaya indah dalam dakapan malam gelita...terus meyerlah bersih warnanya memecah tirai kegelapan...Agar terus dipayungi oleh allah Ta'ala... ameen ya Rabbal 'Alamin...

.kisah lalat dan semut..

.kisah lalat dan semut..

Beberapa ekor lalat nampak terbang berpesta di atas sebuah tong sampah di depan sebuah rumah. Suatu ketika, anak pemilik rumah keluar dan tidak menutup kembali pintu rumah. Kemudian nampak seekor lalat bergegas terbang memasuki rumah itu. Si lalat langsung menuju sebuah meja makan yang penuh dengan makanan lazat.

"Saya bosan dengan sampah-sampah itu, ini saatnya menikmati makanan segar," katanya. Setelah kenyang, si lalat bergegas ingin keluar dan terbang menuju pintu saat dia masuk, namun ternyata pintu kaca itu telah terutup rapat. Si lalat hinggap sesaat di kaca pintu memandangi kawan-kawannya yang melambai-lambaikan tangannya seolah meminta agar dia bergabung kembali dengan mereka.

Si lalat pun terbang di sekitar kaca, sesekali melompat dan menerjang kaca itu, dengan tak kenal menyerah si lalat mencoba keluar dari pintu kaca. Lalat itu merayap mengelilingi kaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan bolak-balik, demikian terus dan terus berulang-ulang. Hari makin petang, si lalat itu nampak kelelahan dan kelaparan.

Esok paginya, nampak lalat itu terkulai lemas terkapar di lantai. Tak jauh dari tempat itu, nampak serombongan semut merah berjalan beriringan keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Dan ketika menjumpai lalat yang tak berdaya itu, serentak mereka mengerumuni dan beramai-ramai menggigit tubuh lalat itu hingga mati. Kawanan semut itu pun beramai-ramai mengangkut bangkai lalat yang malang itu menuju sarang mereka.

Dalam perjalanan, seekor semut kecil bertanya kepada rekannya yang lebih tua, "Ada apa dengan lalat ini, Pak? Mengapa dia sekarat?" "Oh.., itu sering terjadi, ada saja lalat yang mati sia-sia seperti ini. Sebenarnya mereka ini telah berusaha, dia sungguh-sungguh telah berjuang keras berusaha keluar dari pintu kaca itu. Namun ketika tak juga menemukan jalan keluar, dia frustasi dan kelelahan hingga akhirnya jatuh sekarat dan menjadi menu makan malam kita.

" Semut kecil itu nampak manggut-manggut, namun masih penasaran dan bertanya lagi, "Aku masih tidak mengerti, bukannya lalat itu sudah berusaha keras? Kenapa tidak berhasil?"

Masih sambil berjalan dan memanggul bangkai lalat, semut tua itu menjawab, "Lalat itu adalah seorang yang tak kenal menyerah dan telah mencoba berulang kali, hanya saja dia melakukannya dengan cara-cara yang sama." Semut tua itu memerintahkan rekan-rekannya berhenti sejenak seraya melanjutkan perkataannya, namun kali ini dengan mimik dan nada lebih serius, "Ingat anak muda, jika kamu melakukan sesuatu dengan cara yang sama tapi mengharapkan hasil yang berbeda, maka nasib kamu akan seperti lalat ini."

"Para pemenang tidak melakukan hal-hal yang berbeda, mereka hanya melakukannya dengan cara yang berbeda."

Futur

Bismillahirrahmanirrahim,

Erti FuturFutur adalah perkataan dari bahasa Arab asalnya ia bermakna terputus, berhenti, malas dan lambat, setelah sebelumnya konsisten dan rajin. Dalam konteks amal dakwah, ia adalah satu penyakit yang menimpa aktivis dakwah dalam bentuk rasa malas, menunda-nunda, berlambat-lambat dan yang paling buruk ialah berhenti dari melakukan amal dakwah. Sedangkan sebelumnya ia adalah seorang yang aktif dan beriltizam.

Fenomena ini adalah satu perkara yang biasa berlaku dan dihadapi oleh ramai mereka yang bertangungjawab dalam mentarbiyah para aktivis dakwah. Hakikat ini adalah kerana futur merupakan sifat semula jadi manusia. Rasulullah s.a.w bersabda dalam sebuah hadits yang bermaksud; "Sesungguhnya bagi setiap amalan adalah masa-masa rajin dan tiap-tiap masa rajin ada futur. Namun barangsiapa yang futurnya menjurus kepada sunnahku, maka sesungguhnya ia telah memperoleh petunjuk. Barangsiapa pula yang futurnya menjurus kepada selain sunnahku, maka ia telah tersesat." (Riwayat Al-Bazzar)

Bahaya Futur
Walau pun futur adalah sesuutu yang lumrah berlaku dalam diri manusia tetapi ia mestilah diurus, sebagaimana yang diajarkan oleh hadith di atas dengan memalingkan perasaan itu kepada sesuatu yang sejajar dengan sunnah. Jika tidak ia akan mengkibatkan kesan buruk. Antara kesan buruk itu ialah;

1. Pengabaian kepada amanah.
Futur menyebabkan seorang aktivis dakwah bermalas dalam menunaikan tugas dakwahnya. Ini kadangkala sehingga menyebabkan tugas berkenaan lewat disempurnakan atau terbengkalai sehingga mengganggu keseluruhan projek yang hendak dilaksanakan. Apa jua pengabaian kepada kewajiban adalah pelanggaran amanah yang akan dipertanggungjawabkan oleh Allah taala.

2. Gugur dari jalan dakwah.
Sekiranya futur tidak ditangani atau dibiarkan tanpa dirawat, ia akan menjadi satu tabiat. Lama-lama, perasaan ini menjadi sebati dan aktivis berkenaan menjadi semakin jauh dari amal dakwah. Akhirnya, ia terus tidak lagi terbabit dalam amal dakwah. Apabila seorang itu gugur dari jalan dakwah, maka ia telah hilang banyak kebaikan dari usaha dakwah. Lebih buruk lagi, ia telah mengabaikan kewajiban dakwah yang ditaklifkan ke atasnya sebagai seorang Muslim.

3. Mengakhiri kehidupan dalam keadaan yang futur.
Apabila seseorang itu berlama-lama dalam keadaan futur sehingga menjadi kebiasaannya, maka ia menanggung risiko besar untuk mati dalam keadaan sedemikian kerana dia tidak tahu akan masa kematiannya. Adalah ditakuti, jika Allah taala mengambil nyawanya sedangkan dia dalam keadaan futur, sedangkan Allah taala menghisab amal manusia berdasarkan akhir hayatnya. Maka sebab itulah, Rasulullah s.a.w mengajar umatnya agar sentiasa berdoa dengan doa; "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepadaMu dari kesusahan dan kesedihan, aku berlindung kepadaMu dari penyakit lemah dan malas..."(Riwayat Abu Daud). Di dalam sebuah hadith, Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud; "Sesungguhnya seorang hamba itu ada yang melakukan amalan ahli neraka padahal ia termasuk ahli syurga, dan ada pula yang mengamalkan amalan ahli syurga padahal ia termasuk ahli neraka. Sesungguhnya amal itu tergantung pada kesudahannya." (Riwayat Al-Bukhari)

Kenapa Futur Berlaku?
Sebahagian dari langkah untuk menangani futur ialah memahami sebab ia berlaku. Dengan itu, kita dapat berusaha mencegah, menjangkakan atau mendiagnosnya, setelah itu merawatnya dengan preskripsi yang betul. Futur berlaku disebabkan oleh faktor-faktor berikut;

1. Melakukan amalan agama secara berlebihan, melampau atau memaksa diri. Ramai aktivis dakwah begitu bersemangat pada mulanya untuk melakukan pelbagai perkara sehingga tidak memerhatikan aturan alam, anjuran Islam dan keupayaan diri. Akhirnya apabila naluri semulajadi futur muncul, ia menjadi lemah, jenuh dan bosan sebagaimana yang dinyatakan oleh hadits di atas. Maka sebab itulah Rasulullah s.a.w menganjurkan dalam sabdanya yang bermaksud; "Jangan kamu memberat-beratkan diri. Nanti akan diberatkan ke atasmu." (Riwayat Abu Daud). Oleh itu, pembimbing tarbiyah mestilah mendidik aktivis dakwah untuk mengikuti anjuran Rasulullah s.a.w dalam hadith yang bermaksud; "Lakukanlah amal sesuai dengan kemampuanmu kerana sesungguhnya Allah tidak merasa bosan sehingga kamu sendiri merasa bosan. Sesungguhnya amalan yang paling disukai oleh Allah ialah yanag dilakukan secara rutin walau pun sedikit." (Riwayat Al-Bukhari & Muslim)

2. Suka berlebih-lebih dalam perkara yang mubah. Satu contoh ialah berlebihan dalam pemakanan. Walau pun makan adalah satu keharusan tetapi apabila seseorang itu berlebihan dalamnya, ia akan memberi kesan kepada tubuh dan rohaninya. Badannya menjadi gemuk dan berat untuk aktif yang menatijahkan rasa malas. Contoh lain ialah tabiat melunsur internet atau berchat. Apabila seseorang berlebihan dalamnya, ia akan merasa ketagihan sehingga banyak masa yang digunakan untuk melunsur dan berchat. Akibatnya masa untuk dakwah menjadi kurang dan ia sering merasa konflik antara menggunakan masa untuk amal dakwah dengan tabiat melunsur dan berchat. Untuk menjauhi futur, perlulah aktivis dakwah ditarbiyah agar berpada dalam perkara yang mubah.

3. Suka bersendiri dan berjauhan dari berjamaah. Apabila seorang aktivis suka bersendiri, maka dia telah hilang satu benteng pertahanan dari syaitan kerana Rasulullah s.a.w bersabda bahawa syaitan itu lebih dekat kepada seorang dari kepada dua orang dan lebih dekat kepada dua orang dari kepada tiga orang. Syaitan ibarat serigala yang sentiasa mengintai kambing yang terasing dari kumpulannya. Pastinya syaitan akan sentiasa berbisik agar seseorang itu meninggalkan amal dakwah. Oleh itu, aktivis dakwah mestilah dididik untuk melazimi teman-teman aktivis seorganisasi bagi mengelakkan futur. Pembimbing tarbiyah pula mestilah berusaha untuk sentiasa membina kemesraan aktivis dakwah dengan organisasinya dan memastikan kemesraan yang berterusan sesama aktivis.

4. Kurang mengingati mati dan Akhirat. Antara faktor pendorong kuat dalam amal dakwah ialah hasrat mendapat pahala, rasa rindu dengan syurga, takut akan dosa dan siksa neraka. Kesemua ini berkaitan dengan mengingati akhirat. Oleh itu, apabila mengingati akhirat berkurangan, ia akan diganti dengan ingatan kepada benda-benda lain. Natijahnya faktor pendorong menjadi lemah dan futur menguasai diri. Maka sebab itulah penting bagi aktivis dakwah untuk ditarbiyah agar mempunyai rutin ibadah tertentu yang akan terus mengingatkannya akan akhirat, bukan hanya bercakap mengenai fikrah atau menumpu pada kemahiran semata-mata.

5. Lengah dengan syubhat dan dosa. Manusia akan pasti melakukan silap dan dosa tetapi ia tidak boleh mempunyai sikap toleransi dengan dosa atau bertoleransi setelah melakukannya kerana dosa akan membina titik hitam. Jika titik itu tidak dibiarkan ia akan melemahkan semangat dan mengakibatkan futur.

6. Membataskan aktiviti pada aspek tertentu sahaja. Antara punca rasa jemu ialah tiada kepelbagaian. Oleh itu, pembimbing tarbiyah hendaklah membimbing para aktivis dakwah untuk mempelbagaikan segala tindakannya. Ia mesti mempelbagaikan ibadah mereka agar apabila mereka jemu pada satu ibadah, mereka masih melazimi satu ibadah yang lain. Ia mesti mempelbagaikan corak amal dakwah mereka agar mereka tidak mudah jemu dan bosan. Dengan itu, kemungkinan futur menjadi rendah.

7. Melupakan sunnah alam. Futur berlaku juga apabila seseorang itu dalam melakukan amal dakwahnya tanpa mengikut aturan alam seperti mahu satu perubahan yang segera dan cepat, tidak realistik dengan harapannya, sehingga apabila usahanya selalu gagal, ia menjadi putus asa. Termasuk dalam memelihara sunnah alam ialah menunaikan hak badan, keluarga dan hak-hak lain. Sedangkan Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud; "Sesungguhnya Tuhanmu mempunyai hak atasmu, dirimu mempunyai hak atasmu, keluargamu juga mempunyai hak atasmu. Oleh itu, berikan setiap yang punya hak, akan haknya." (Riwayat Al-Bukhari). Selain pembimbing tarbiyah sentiasa memerhatikan aspek ini dalam diri para aktivis, dia hendaklah memastikan agar tidak menjadi punca para aktivis mengabaikan hak-hak yang lain dengan memberi tugas-tugas atau tuntutan yang berlebihan.

8. Tidak ada persiapan menghadapi cabaran di jalan dakwah. Jalan dakwah sentiasa dipenuhi oleh ujian. Seseorang yang tidak bersedia atau mempunyai persiapan akan pasti ditewaskan oleh ujian ini. Maka sebab itulah penting bagi aktivis dakwah untuk melalui program tarbiyah yang sistematik sebagai salah satu mekanisme persiapan di jalan dakwah. Pembimbing tarbiyah tidak boleh hanya seronok melihat kesibukan aktivis dakwah dengan pelbagai projek sehingga tidak ada masa untuk tarbiyah.

9. Lebih banyak bercampur dengan teman-teman. Rasulullah s.a.w bersabda yang bemaksud; "Seseorang itu mengikut agama temannya kerana itu hendaklah kamu melihat orang yang kamu jadikan teman." (Riwayat Abu Daud). Maka sebab itu penting bagi pembimbing tarbiyah untuk membina kemesraan dengan para aktivis dan kemesraan sesama mereka. Dengan kemesraan itu, mereka saling mengasihi dan menjadi teman yang terbaik antara satu sama lain. Dengan itu juga, mereka tidak condong kepada golongan-golongan lain untuk dijadikan teman. Ini adalah cara yang lebih baik dari cuba control atau halang seseorang aktivis dari berkawan dengan yang lain.

10. Bekerja untuk dakwah tanpa bersistem. Apabila seseorang bekerja tanpa ikut sistem dan perancangan yang baik, ia akan memenatkan diri sendiri dan kurang mendapat hasil yang baik. Ini pastinya akan menjejas semangat dan komitmennya. Menjadi tanggungjawab pembimbing tarbiyah untuk menyepadukan pembinaan kemahiran yang betul sebagai sebahagian dari program tarbiyah bag imengelakkan faktor ini. Di samping itu, pembimbing tarbiyah sendiri mestilah menjadi contoh yang baik.

Merawat Futur
Setelah memahami punca-punca futur, maka merawatnya boleh dilakukan melalui perkara-perkara berikut;
1. Jauhi maksiat yang kecil, apatah lagi yang besar.
2. Mewujudkan rutin amalan dan ibadah, waktu siang dan malam.
3. Jauhilah segala sikap berlebihan, samada dalam menikmatai yang mubah atau dalam beribadah.
4. Membina kemesraan dengan organisasi dan rakan-rakan aktivis.
5. Mendidik aktivis untuk memahami aturan alam dan meraikannya dalam amal dakwah.
6. Menyemai budaya hidup yang teratur, sistematik dan terancang.
7. Berikan tempoh rehat (break) bagai para aktivis, sebelum timbul rasa lemah.
8. Benarkan sedikit perkara mubah bagi aktivis seperti bergurau, berehat, beriadah dll.
9. Berikan kisah-kisah para sahabat dan orang-orang soleh dan perjuangan mereka untuk diambil iktibar dan memperbaharui semangat.
10. Memberi peingatan yang menimbulkan ingatan terhadap mati dan akhirat.
11. Menggalakkan aktivis untuk melazimi majlis ilmu di luar program tarbiyah yang biasa kerana ia akan membantu proses pembinaan kefahaman yang betul dan menambah keberkatan.

Diri diri diri diri

Meluangkan waktu untuk diri sendiri. Yalah, sukar mencari masa merenung diri. Hanya sahaja merenung duniawi yang mengancam dan menarik pandangan mata. Dunia? Sungguh menggiurkan jiwa. Takutnya jiwa selalu mengkehendakkan dunia dan kebendaan. Dunia untuk akhirat tidak mengapa. Kalau dunia untuk penuhi hawa nafsu pula yang membimbangkan.

Rasa bimbang kebendaan menjauhkan diri dengan Pencipta. Jika kebendaan sebagai alat mendekatkan diri dengan Pencipta tentunya tidak mengapa malah ia menggalakkan. Hati 100% kepada kebendaan itu yang merbahaya. Hati 100% kepada Pencipta itu yang sebaiknya.

Bagaimana diri ini pula?

Adakah diri ini dapat menempuh segala ujian dunia. Kemiskinan itu sebuah ujian dan kekayaan juga sebuah ujian malah ia lebih berat. Adakah kekayaan yang kita kecapi mampu untuk kita terus bahagia di samping Yang Maha Esa? Atau kekayaan ini menjauhkan kita dari Sang Pencipta?

Jika kekayaan menjadi tanda orang berjaya sudah tentu Sang Fir'aun dan Qarun menjadi insan yang berjaya. Tetapi percaya bahawa Bilal lebih berjaya kerana ketaqwaannya kepada Pencipta.

Maka, sejauhmana diri ini menjejaki mereka-mereka yang berjaya?

Jika sudah menjejakkan kaki di hari akhirat kelak, sudah tentu tidak boleh kembali ke dunia melaksanakan kebaikan walaupun dengan menyebut perkataan istighfar dan subhanallah!

Sungguh, tiada kembali lagi.

Jujur Kata

Jujur Kata

Jika kita berkata 'ya' tanpa ragu atau letih
Kita tingkat inti daya tanpa lesu juga sedih
Diri kita akan jaya

Jika kita kata 'tidak' sebab malu atau bongkak
Kita tambah daya palsu pada diri tidak boleh
Pasti saja kita kalah

Kita perlu berkata 'ya' memang jika ingin berjaya
Berkata 'tak' jika memang rasa akan kalah
Untuk teguh perlu kukuh

Kita wajar jadi insan penuh sabar dan berkesan
Tiap kata penuh makna dan suara bermaruah
Baru langkah penuh gagah

Nukilan: Dato' (Dr.) A. Samad Said

hehehehehe

"relaku menunggumu,
seribu tahun lama lagi,
tapi benarkah hidup,
aku kan selama ini....

biar berputar utara selatan
ku tak putus harapan,
sedia setia..."


amboi, begitu terasa seperti nak berchenta bila mendengar bait2 lagu ni. seperti chenta itulah segalanya, sehingga sanggup menunggu seribu tahun sekalipun...

tapi itulah chenta, apapun sanggup dilakukan. lebih2 lagi, kalau chenta yang halal, lagi tidak terlarang...nikmatnya lebih terasa, tiada apa yang dapat membataskan lagi, cuma tidak berlebih2an di depan umum...

chenta, lebih2 lagi kepada yang ESA, sanggup buat apa saja...kan? tak peduli dah apa kata orang, orang nak kata kemaruk pun takpe. giler pun takpelah, janji, tanggungjawab, dapat ditunaikan, malah lebih nikmat lagi....

cuma, ia memerlukan kekuatan dalaman yang lebih lagi, sebab ianya sesuatu yang tidak zahir, dan orang tidak dapat melihat betapa indahnya perasaan itu, bila dinikmati...

Kisah Isteri untuk Suami.....

Assalamualaikum,

ini satu artikel pendek, yang berkisar mengenai suami dan isteri. satu artikel yang rasanya, ada benarnya, dan insyaALLAH, mana yang baik, dibuat pedoman, dan yang kurang baik, kita jadikan sempadan, moga2 kita tidak menjadi yang tidak baik itu. insyaALLAH...ok, enjoy the artikel!

--------------------------------

Kisah Isteri untuk Suami.....

Tahukah kau wahai suami dan bakal suami?? Laki bini ini asalnya 2 individu asing yang saling tidak mengenali. Atas takdir tuhan dipertemukan dan aqad nikah telah menyatukan kita.

TAPI.......tahukah kau apa yang isterimu selalu lakukan untukmu,dan fikirlah sejenak apa pula yang kau berikan untuknya...

KALA kau tiada duit, bukankah magic david copperfield bila tiba2 kau buka wallet ada duit pulak di dalamnya, tahukah kau yang isterimu sentiasa curi2 membuka wallet untuk mengecek " Ada duitkah suamiku?"


TAPI Bila kau ada duit, wah! wah! kau siap boleh tanya lagi bini kau " duit ke?" sedangkan itukan kewajipan kau untuk memberinya nafkah? Tahukah kau wahai suami, tiap2 malam isterimu akan terbangun dari tidurnya dan perkara pertama yang diingat ialah
suaminya, lantas terus si isteri menjenguk suaminya di sebelah, dikucup dahi suaminya, diusap rambutnya, penuh kasih sayang dan belas kasihan
TAPI yang kau berinya hanyalah dengkuran kadang2 siap kentut lagi..Cissss! !

Tahukah kau wahai suami, kalau kau balik lewat malam sampai jam 4-5 pagi atas alasan kerja atau kau suka2 nak lepak ngan kawan2, bini kau yang dirumah tu tak lena tidur, selagi kau tak
balik selagi tulah mata tak leh pejam

TAPI yang kau tahu bersembang aje sampai pagi, langsung tak ingat bini, dahlah balik lambat esoknya selagi tak masuk Zohor tak reti2 nak bangun, dah bangun tahu nak makan aje...

Tahu tak kau wahai suami, setiap kali isteri mu menggosok bajumu apa yang sentiasa terlintas di fikirannya ialah "Handsome tak laki aku bila pakai baju ni?"

Tapi kau bila dah hansome sikit mula hidung tinggi nak mengorat lagi...
Tahu tak kau wahai suami, isteri tu tak mintak banyak, cuma pujilah dia sekali-sekala, peluklah dia setiap pagi dan malam sebelum tidur peluk yang setakat pelukan sayang sahaja..bukan
dengan harapan dapat "apa-apa"), hadiahkanlah dia sekali-sekala walaupun setakat coklat sekeping, picitlah bahunya sekali-sekala dan kalau nak tidur tu, selimutkanlah dia, sebab sebenarnya, bini tu selagi laki dia tak lelap mata dia hanya tidur2 ayam sahaja...


INI YANG BEST NI

Satu lagi, suami, kalau korang nak tahu, sebaik sahaja saksi kata SAH!!!! Tuhan tu telah kurniakan 6, 7, 8 senses kat isteri sebab itulah dia orang tahu korang buat apa kat belakang dia, tak yah guna spy...dia orang musti tahu punya....

Hargailah bini dan bakal bini korang, sebagaimana korang hargai kereta korang, PS2 korang dan lain-lain

Orang bijak adalah dia yang hari ini mengerjakan apa yang orang lain akan mengerjakannya tiga hari kemudian ..

JumPa AnDa Di PunCak KeJaYaaN bersama KeSeJahTeRaaN!


Pengajaran ayat:

Perkahwinan itu satu perkara yang mulia, Mengapa mesti kita mengelakkannya. Ia adalah satu fitrah bagi manusia, kalau tak sanggup, manusiakah KITA. Jangan risau jika kita tak dapat isteri yang solehah, kerana Allah telah berjanji, perempuan yg soleh hanya utk lelaki yg soleh...Kalau kita sbg lelaki tak soleh...jgn harap dapat bini yg soleh....Syukur apa yg telah dikurniakan.

Tak semua perempuan itu BAIK, tapi baiKKah kita nak dapat perempuan yg baik...???
Kalau kita mengorat perempuan memang tak baik, tapi kalau kita tak berusaha nak cari isteri; Ada can ker bini itu TURUN dari langit......
Kita tak suka perigi mencari timba...Perempuan jenis apakah itu??? Siti Khadijah pun perempuan mcm itu; Hinakah dia??????

Allah telah mengutuskan perempuan utk lelaki...bukannya kita perlu hidup dgn sendiri... Mungkin rezeki tidak ada untuk kita memulakan alam perkahwinan. ......Tanpa usaha , rezeki itu memang tidak ada....

Tuesday, July 20, 2010

Imam Ahmad Bin Hambal Dicambuk Dan Dipenjarakan

...Imam Ahmad bin Muhammad bin Hambal. Beliau adalah Imam yang keempat dari fuqahak Islam. Beliau memiliki sifat-sifat yang luhur dan tinggi. Ahmad bin Hambal dilahirkan di Baghdad pada bulan Rabiul Awal tahun 164H. Beliau termasyhur dengan nama datuknya Hambal, kerana datuknya lebih masyhur dari ayahnya.

Ibnu Hambal hidup dalam keadaan miskin, kerana ayahnya hanya meninggalkan sebuah rumah kecil dan tanah yang sempit. Beliau terpaksa melakukan berbagai pekerjaan. Beliau pernah bekerja di tempat tukang jahit, mengambil upah menulis, menenun kain dan kadangkala mengambil upah mengangkat barang-barang orang. Beliau lebih mementingkan makanan yang halal lagi baik dan beliau tidak senang menerima hadiah-hadiah.

Ketika ia masih berumur 14 tahun, Ahmad bin Hambal telah belajar mengarang dan menghafal Al-Quran. Beliau bekerja keras dalam menuntut ilmu pengetahuan. Sebagai seorang ulama yang sangat banyak ilmunya, Ibnu Hambal pun seorang yang teguh imannya, berani berbuat di atas kebenaran. Dia tidak takut bahaya apa pun terhadap dirinya di dalam menegakkan kebenaran itu. Kerana Allah memang telah menentukan bahawa setiap orang yang beriman itu pasti akan diuji keimanannya. Termasuk juga para nabi dan rasul yang tidak pernah lepas dari berbagai ujian dan cubaan.

Ujian dan cubaan berupa fitnah, kemiskinan, seksaan dan lain-lainnya itu selalu akan mendampingi orang-orang yang beriman apalagi orang yang menegakkan kebenaran. Demikian juga halnya dengan Imam Hambali, terlalu banyak bahaya yang dihadapinya dalam berjuang menegakkan kebenaran agama. Ujian itu datangnya bermacam-macam kadangkala dari musuh kita dan dapat juga timbul dari kawan-kawan yang merasa iri dengan kebolehan seseorang.

Imam Hambali berada di zaman kekuasaan kaum Muktazilah yang berpendapat bahawa Quran itu adalah makhluk. Pendirian ini begitu kuatnya di kalangan pemerintah, sehingga barangsiapa yang bertentangan pendirian dengan pihak pemerintah tentu akan mendapat seksaan. Sebelum Al-Makmun ini, yakni di zaman sultan Harun Al-Rasyid, ada seorang ulama bernama Basyar Al-Marisy berpendapat bahawa Quran itu adalah makhluk. Baginda Harun Al-Rasyid tidak mahu menerima pendapat tersebut. Bahkan terhadap orang yang berpendapat demikian akan diberi hukuman. Kerana ancaman itu akhirnya Basyar melarikan diri dari Baghdad.

Sultan Harun Al-Rasyid pernah berkata: “Kalau umurku panjang dan masih dapat berjumpa dengan Basyar nescaya akan kubunuh dia dengan cara yang belum pernah aku lakukan terhadap yang lain?” Selama 20 tahun lamanya Syekh Basyar menyembunyikan diri dari kekuasaan Sultan.

Tetapi setelah Sultan Harun Al-Rasyid meninggal dunia, kemudian diganti dengan puteranya Al-Amin barulah Syekh Basyar keluar dari persembunyiannya. Kembali ia mengeluarkan pendapatnya itu, bahawa Quran itu adalah makhluk. Al-Amin juga sependirian dengan ayahnya tidak setuju dengan pendapat tersebut. Ia mengancam berat terhadap orang yang mengatakan Quran itu makhluk.

Kemudian kepala negara pindah lagi ke tangan saudara Al-Amin iaitu Al-Makmun. Di zaman pemerintahan Al-Makmun inilah pendapat tentang Quran itu makhluk mula diterima. Al-Makmun sendiri telah terpengaruh dan ikut berpendapat demikian. Pada suatu kali oleh Al-Makmun diadakan pertemuan para ulama besar, untuk membincangkan hal itu, tetapi para ulama tetap berpendapat bahawa Al-Quran itu adalah makhluk. Al-Makmun mengharapkan supaya pendapat itu diterima orang ramai.

Pada masa itu satu-satunya ulama yang keras berpendirian bahawa “Al-Quran itu bukan makhluk?” Hanyalah Imam Hambali. Secara terus terang ia berkata di hadapan Sultan:“Bahawa Al-Quran bukanlah makhluk yang dijadikan Allah, tetapi ia adalah Kalamullah.”

Imam Hambali satu-satunya ulama ketika itu yang berani membantah, sedangkan yang lainnya diam seribu bahasa. Kemudian ia ditangkap dan dihadapkan ke hadapan baginda. Ia dipanggil bersama tiga orang ulama yang lainnya, iaitu Imam Hassan bin Muhammad Sajah, Imam Muhammad bin Nuh dan Imam Ubaidah bin Umar. Kedua ulama di antara mereka sama menjawab dan membenarkan pendapat baginda sementara Imam Hambali dan Imam Muhammad bin Nuh dengan tegas menjawab bahawa Quran itu bukanlah makhluk. Keduanya lalu dimasukkan ke dalam penjara. Setelah beberapa hari dalam penjara datang surat dari Tharsus yang meminta supaya keduanya dibawa ke sana dengan dirantai.

Kedua ulama tersebut betul-betul dirantai kedua kaki dan tangannya dan ditunjukkan di hadapan orang ramai. Kemudian dibawa ke Tharsus, sesampainya di sana keduanya dimasukkan ke dalam penjara. Kerajaan mempunyai seorang ulama besar bernama Ahmad bin Abi Daud, yang pandai berbicara namun lemah dalam pendirian.

Terhadap Imam Hambali mereka minta supaya dihukum dengan hukuman yang seberat-beratnya. Baginda raja menerima usulan tersebut. Lalu Imam Hambali dihadapkan depan raja dan ditanyakan tentang pendiriannya. Namun ia tetap menyampaikan pendiriannya bahawa Al-Quran itu ialah Kalamullah bukan makhluk. Dan ia menegaskan lagi bahawa ia tidak akan berubah dari pendiriannya itu.

Akhirnya terjadilah persidangan yang dipimpin oleh baginda sendiri. Kemudian baginda memanggil Imam Hambali dan berkata: “Atas nama saya sebagai kerabat Nabi Muhammad SAW saya akan memukul engkau beberapa kali, sampai engkau membenarkan apa yang telah saya benarkan, atau mengatakan seperti yang saya kata?” Kerana Imam Hambali masih tetap dengan pendiriannya, maka baginda memerintahkan kepada perajuritnya untuk memukul Imam Hambali.

Ketika cambuk yang pertama singgah di punggung beliau, beliau mengucapkan “Bismillah.” Ketika cambuk yang kedua, beliau mengucapkan “La haula walaa quwwata illaa billah” (tiada daya dan kekuatan apa pun kecuali izin Allah). Ketika cambuk yang ketiga kalinya beliau mengucapkan “Al-Quran kalaamullahi ghairu makhluk” (Al-Quran adalah kalam Allah bukan makhluk). Dan ketika pada pukulan yang keempat, beliau membaca surah At-Taubah ayat 51.

“Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang ditetapkan oleh Allah bagi kami.”
Sehingga seluruh badan beliau mengalir darah merah.

Akhirnya beliau dimasukkan ke dalam penjara kembali. Pada suatu hari ketika Imam Hambali dibawa ke Kota Anbar dengan tangan yang terbelenggu, seorang yang alim bernama Abu Ja’far Al-Anbari menghampiri beliau. Imam Hambali bertanya kepadanya: “Hai Abu Ja’far apakah engkau susah melihat keadaanku?” “Tidak wahai Imam, engkau adalah pemuka umat, kerana umat manusia ada di belakangmu. Demi Allah, bila engkau mahu menjawab bahawa Quran itu makhluk, pastilah umat akan mengikutimu, dan bila engkau tidak mahu menjawab, maka umat juga tidak mahu menjawab seperti apa yang ingin engkau jawab. Bila engkau tidak mati dibunuh orang, pasti engkau juga akan mati dengan cara yang lain. Maka janganlah engkau mahu menuruti kehendak mereka.”

Mendengar kata-kata Ja’far itu beliau mencucurkan air mata dan berkata: “Masya-Allah!, Masya-Allah!, Masya-Allah!. Kemudian beliau pun dikunjungi oleh bekas penjahat bernama Abdul Haitsam Al-Ayyar dan berkata kepada beliau: “Wahai Imam, saya ini seorang pencuri yang didera dengan beribu-ribu cambukan, namun saya tidak mahu mengakui perbuatan saya, pada hal saya menyedari bahawa saya salah. Maka janganlah Imam gelisah dalam menerima dera, sebab engkau dalam kebenaran.”

Ketika Khalifah Al-Makmun meninggal dunia pada tahun 218H (833 M) setelah memerintah 20 tahun lamanya, yang mengganti beliau ialah saudaranya yang bernama Ishaq Muhammad bin Harun Al-Rasyid yang bergelar dengan Al-Muktashimbillah. Sebelum Khalifah Al-Makmun meninggal dunia beliau telah berpesan kepada bakal penggantinya itu bahawa faham Al-Quran itu makhluk harus dipertahankan.”

Kebijaksanaan kerajaan yang menyeksa para ulama yang tidak sependirian dengan faham kerajaan itu atas dasar hasutan seorang ulama kerajaan yang bernama Qadhi Qudhoti Ahmad bin Abi Daud (Daud). Ulama inilah yang memberikan usulan kepada Al-makmun bahawa jika Imam Ahmad bin Hambal tetap tidak mahu mengikuti bahawa Al-Quran itu makhluk hendaklah dihukum dengan hukuman yang berat.

Setelah kerajaan dipegang oleh Al-Muktasim ulama Ahmad bin Daud masih tetap menjadi qadi kerajaan. Pada suatu hari Qadi kerajaan ini cuba mengadili Imam Hambali dengan melakukan perdebatan akhirnya Ahmad bin Daud kalah kerana tidak dapat mengemukakan alasan yang lebih kuat. Walaupun demikian Imam Hambali tetap dimasukkan kembali ke dalam penjara.

Pada bulan Ramadhan pengadilan terhadap Imam Hambali diadakan lagi. Khalifah Al-Muktashim bertanya: “Al-Quran itu adalah baru, bagaimana pendapat anda.” “Tidak!, Al-Quran adalah kalam Allah, saya tidak sejauh itu membahasnya kerana di dalam Al-Quran dan hadith tidak disuruh membahas soal tersebut.” Jawab beliau.

Beliau dicambuk sampai berdarah, pada hal ketika itu bulan puasa. Baginda berkata: “Kalau kamu merasa sakit dengan pukulan ini, maka ikutilah saya, dan akuilah bahawa Al-Quran itu makhluk, supaya kamu selamat.”

Penderaan pun terus berlangsung, sehingga beliau terasa bahawa tali seluar yang menutup auratnya putus dan hampir turun ke bawah. Beliau pun mengangkatkan mukanya ke atas sambil berdoa: “Ya Allah!, atas namaMu yang menguasai Arsy, bahawa jika Engkau mengetahui bahawa saya adalah benar, maka janganlah Engkau jatuhkan penutup aurat ku.” Ketika itu pula seluar beliau yang akan jatuh itu naik ke atas kembali sehingga aurat beliau tidak jadi terlihat oleh orang ramai.

Penyeksaan terhadap beliau itu baru berakhir setelah selesai maghrib. Para hakim dan orang- orang hadir kemudian berbuka puasa di hadapan beliau. Sementara beliau dibiarkan saja tidak diberi sesuatu makanan untuk berbuka. Demikianlah seterusnya, pada hari yang kedua pun beliau masih tetap didera sampai seluruh badannya mencucurkan darah. Pada hari ketiga beliau masih tetap didera sehingga pengsan.

Setelah Al-Muktashim meninggal dunia ia diganti dengan puteranya Al-Watsiq. Pada masa ini banyak penganiayaan dilakukan terhadap para ulama. Khalifah Al-Watsiq inilah yang memancung leher ulama terkenal yakni Ahmad bin Naser Al-Khuza’i. Kepala Ahmad bin Naser digantung dan diletak tulisan yang berbunyi: “Inilah kepala Ahmad bin Naser yang tidak mahu mengakui bahawa Al-Quran itu makhluk, maka Tuhan memasukkan Ahmad bin Naser ke dalam neraka, kepala ini menjadi peringatan bagi mereka yang memalingkan dirinya dari kiblat.” Demikianlah tulisan yang diletakkan dekat leher Ahmad bin Naser.

Kemudian Khalifah Al-Watsiq meninggal dunia dan digantikan dengan saudara beliau yang bernama, Al-Mutawakkil. Pada masa inilah dicabut tentang faham muktazilah dan diadakan pembebasan terhadap semua ulama yang ditahan, termasuk Imam Ahmad bin hambal. Sementara itu Imam Hambali setelah dibebaskan beliau diberi hadiah sebanyak l0,000 dirham, namun hadiah tersebut beliau tolak. Kerana dipaksa untuk menerimanya, akhirnya beliau terima dan dibahagi-bahagikan kepada fakir miskin.

Pada hari Jumaat tanggal 12 Rabiul Awal tahun 241 H/855 M beliau meninggal dunia yang fana ini dengan tenang dalam usia 77 tahun. Setelah mendengar wafatnya beliau, seluruh Kota Baghdad menjadi gempar jenazah beliau disembahyangkan lebih dari 130,000 orang muslimin. Demikian berakhirnya riwayat seorang penegak kebenaran dan meninggikan ilmu pengetahuan, setelah melalui berbagai seksaan dan penganiayaan. Semoga mereka yang berjuang pada jalan Allah menjadi kekasih Allah, yang selalu mendapat keberkahannya dan keredhaanNya.

Banyak lagi mereka yang berjuang pada jalan Allah akhirnya menerima ujian dan cubaan dengan berbagai penganiayaan dan seksaan.

Firman Allah ertinya:

“Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan. “Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang- orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”
(Al-Ankabut: 2-3)




Imam Syafie Ditangkap Dan Dirantai

...mam Syafie bernama Muhammad bin Idris. Salasilah keturunan beliau adalah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Usman bin Syafie bin Saib bin Abdul Yazid bin Hasyim bin Abdul Mutalib bin Abdul Manaf. Keturunan beliau bertemu dengan keturunan Nabi Muhammad SAW pada datuk Nabi Muhammad yang ketiga iaitu Abdul Manaf.

Beliau dilahirkan di Ghuzah nama sebuah kampung yang termasuk daerah Palestin, pada bulan Rejab 150 H atau 767 Masehi. Tempat asal ayah dan bonda beliau ialah di Kota Makkah. Imam Syafie lahir di Palestin kerana ketika itu bondanya pergi ke daerah itu demi keperluan penting. Namun di dalam perjalanan menuju Palestin tersebut ayahnya meninggal dunia, sementara Imam Syafie masih dalam kandungan ibunya. Setelah berumur dua tahun baru Imam Syafie dan ibunya kembali ke Kota Makkah.

Ketika berumur 9 tahun beliau telah hafal Al-Quran 30 juz. Umur 19 tahun telah mengerti isi kitab Al-Muwatha’, karangan Imam Malik, tidak lama kemudian Al-Muwatha’ telah dihafalnya. Kitab Al-Muwatha’ tersebut berisi hadith-hadith Rasulullah SAW, yang dihimpun oleh Imam Malik.

Kerana kecerdasannya pada umur 15 tahun beliau telah diizinkan memberi fatwa di hadapan masyarakat dan menjawat sebagai guru besar ilmu hadith serta menjadi mufti dalam Masjidil Haram di Makkah.

Ketika berumur 20 tahun beliau pergi belajar ke tempat Imam Malik di Madinah, setelah itu beliau ke Irak, Parsi dan akhirnya kembali ke Madinah. Dalam usia 29 tahun beliau pergi ke Yaman untuk menuntut ilmu pengetahuan.

Tentang ketaatan beliau dalam beribadah kepada Allah diceritakan bahawa setiap malam beliau membagi malam itu kepada tiga bahagian. Sepertiga malam beliau gunakan kewajipan sebagai manusia yang mempunyai keluarga, sepertiga malam untuk solat dan zikir dan sepertiga lagi untuk tidur.

Ketika Imam Syafie di Yaman, beliau diangkat menjadi setiausaha dan penulis istimewa Gabenor di Yaman, sekaligus menjadi guru besar di sana. Kerana beliau termasuk orang pendatang, secara tiba-tiba memangku jawatan yang tinggi, maka ramai orang yang memfitnah beliau.

Ahli sejarah telah menceritakan bahawa waktu sultan Harun Ar-Rasyid sedang marah terhadap kaum Syiah, sebab golongan tersebut berusaha untuk meruntuhkan kekuasaan Abbasiyah, mereka berhasrat mendirikan sebuah kerajaan Alawiyah iaitu keturunan Saidina Ali bin Abi Talib. Kerana itu di mana kaum Syiah berada mereka diburu dan dibunuh.

Suatu kali datang surat baginda Sultan dari Baghdad. Dalam surat yang ditujukan kepada Wali negeri itu diberitahukan supaya semua kaum Syiah ditangkap. Untuk pertama kali yang paling penting adalah para pemimpinnya, jika pekerjaan penangkapan telah selesai semua mereka akan dikirimkan ke Baghdad. Semuanya harus dibelenggu dan dirantai. Imam Syafie juga ditangkap, sebab di dalam surat tersebut bahawa Imam Syafie termasuk dalam senarai para pemimpin Syiah.

Ketika peristiwa itu terjadi pada bulan Ramadhan, Imam Syafie dibawa ke Baghdad dengan dirantai kedua belah tangannya. Dalam keadaan dibelenggu itu para tahanan disuruh berjalan kaki mulai dari Arab Selatan (Yaman) sampai ke Arab Utara (Baghdad), yang menempuh perjalanan selama dua bulan. Sampai di Baghdad belenggu belum dibuka, yang menyebabkan darah-darah hitam melekat pada rantai-rantai yang mengikat tangan mereka.

Pada suatu malam pengadilan pun dimulai. Para tahanan satu persatu masuk ke dalam bilik pemeriksaan. Setelah mereka ditanya dengan beberapa kalimat, mereka dibunuh dengan memenggal leher tahanan tersebut. Supaya darah yang keluar dari leher yang dipotong itu tidak berserak ia dialas dengan kulit binatang yang diberi nama dengan natha’.

Imam Syafie dalam keadaan tenang menunggu giliran, dengan memohon keadilan kepada Allah SWT. Kemudian beliau dipanggil ke hadapan baginda Sultan. Imam Syafie menyerahkan segalanya hanya kepada Allah SWT. Dengan keadaan merangkak kerana kedua belah kaki beliau diikat dengan rantai, Imam Syafie mengadap Sultan. Semua para pembesar memperhatikan beliau.

“Assalamualaika, ya Amirul Mukminin wabarakatuh.”
Demikian ucapan salam beliau kepada baginda dengan tidak disempurnakan iaitu “Warahmatullah.”

“Wa alaikassalam warahmatullah wabarakatuh.” Jawab baginda. Kemudian baginda bertanya: “Mengapa engkau mengucap salam dengan ucapan yang tidak diperintahkan oleh sunnah, dan mengapa engkau berani berkata-kata dalam majlis ini sebelum mendapat izin dari saya?”

Imam Syafie menjawab: “Tidak saya ucapkan kata “Warahmatullah” kerana rahmat Allah itu terletak dalam hati baginda sendiri.” Mendengar kata-kata itu hati baginda jadi lembut. Kemudian Imam Syafie membaca surah An-Nur ayat 55 yang bermaksud:

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang soleh bahawa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sesungguhnya Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diredhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa.”

Setelah membaca ayat di atas kemudian Imam Syafie berkata: “Demikianlah Allah telah menepati janjiNya, kerana sekarang baginda telah menjadi khalifah, jawapan salam baginda tadi membuat hati saya menjadi aman.” Hati baginda menjadi bertambah lembut. Baginda Harun ar Rashid bertanya kembali: “Kenapa engkau menyebarkan faham Syiah, dan apa alasanmu untuk menolak tuduhan atas dirimu.”

“Saya tidak dapat menjawab pertanyaan baginda dengan baik bila saya masih dirantai begini, jika belenggu ini dibuka Insya-Allah saya akan menjawab dengan sempurna. Lalu baginda memerintahkan kepada pengawal untuk membukakan belenggu yang mengikat lmam Syafie itu.

Setelah rantai yang membelenggu kedua kaki dan tangannya itu dibuka, maka Imam Syafie duduk dengan baik kemudian membaca surah Hujarat ayat 6:

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq yang membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

“Ya Amirul Mukminin, sesungguhnya berita yang sampai kepada baginda itu adalah dusta belaka. Sesungguhnya saya ini menjaga kehormatan Islam. Dan bagindalah yang berhak memegang adab kitab Allah kerana baginda adalah putera bapa saudara Rasulullah SAW iaitu Abbas. Kita sama-sama menghormati keluarga Rasulullah. Maka kalau saya dituduh Syiah kerana saya sayang dan cinta kepada Rasulullah dan keluarganya, maka demi Allah, biarlah umat Islam sedunia ini menyaksikan bahawa saya adalah Syiah. Dan tuan-tuan sendiri tentunya sayang dan cinta kepada keluarga Rasulullah.” Demikian jawab Imam Syafie.

Baginda Harun ar Rasyid pun menekurkan kepalanya kemudian ia berkata kepada Imam Syafie: “Mulai hari ini bergembiralah engkau agar lenyaplah perselisihan antara kami dengan kamu, kerana kami harus memelihara dan menghormati pengetahuanmu wahai Imam Syafie.”

Demikianlah kehidupan Imam Syafie sebagai ulama besar, yang tidak lepas dari berbagai cubaan serta seksaan dari pihak yang tak mengerti akan hakikat kebenaran yang sesungguhnya. Hanya ketabahan dan keimanan serta pengetahuanlah yang dapat menghadapi setiap cubaan itu sebagai suatu ujian dari Allah SWT yang harus kita hadapi.



Imam Malik Diheret Dan Didera

...mam Malik dilahirkan di sebuah perkampungan kecil yang bernama Ashbah, yang terletak di dekat Kota Himyar jajahan Yaman. Nama aslinya ialah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir Al-Ashabally. Beliau adalah seorang ulama besar yang lahir di Madinah serta mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap dunia Islam.

Ketika Imam Malik berusia 54 tahun, pemerintahan berada di tangan baginda Al-Mansur yang berpusat di Bagdad. Ketika itu di Madinah dipimpin oleh seorang gabenor bernama Jaafar bin Sulaiman Al-Hasymi. Sementara itu Imam Malik juga menjabat sebagai mufti di Madinah. Di saat timbulnya masalah penceraian atau talak, maka Imam Malik telah menyampaikan fatwanya, bahawa talak yang dipaksakan tidak sah, ertinya talak suami terhadap isteri tidak jatuh. Fatwa ini sungguh berlawanan dengan kehendak gabenor, kerana ia tidak mahu hadith yang disampaikan oleh Imam Malik tersebut diketahui oleh masyarakat, sehingga akhirnya Imam Malik dipanggil untuk mengadap kepada gabenor.

Kemudian gabenor meminta agar fatwa tersebut dicabut kembali, dan jangan sampai orang ramai mengetahui akan hal itu. Walaupun demikian Imam Malik tidak mahu mencabutnya. Fatwa tersebut tetap disiarkan kepada orang ramai. Talak yang dipaksanya tidak sah. Bahkan Imam Malik sengaja menyiarkan fatwanya itu ketika beliau mengadakan ceramah-ceramah agama, kerana fatwa tersebut berdasarkan hadith Rasulullah SAW yang harus diketahui oleh umat manusia.

Akhirnya Imam Malik ditangkap oleh pihak kerajaan, namun ia masih tetap dengan pendiriannya. Gabenor memberi peringatan keras supaya fatwa tersebut dicabut dengan segera Kemudian Imam Malik dihukum dengan dera dan diikat dengan tali dan dinaikkan ke atas punggung unta, lalu diarak keliling Kota Madinah. Kemudian Imam Malik dipaksa supaya menarik kembali fatwanya itu.

Mereka mengarak Imam Malik supaya Imam merasa malu dan hilang pendiriannya. Tetapi Imam Malik masih tetap dengan pendiriannya itu. Kerana ketegasannya itu, dia dihukum dengan sebat sebanyak 70 kali, yang menyebabkan tulang belakangnya hampir patah. Kemudian ia berkata kepada sahabat-sahabatnya:
“Aku dihukum dera begitu berat lantaran fatwa ku. Demikian Said Al-Musayyid, Muhamad Al-Munkadir dan Rabiah telah dijatuhi hukuman demikian lantaran fatwanya juga.”

Bagi Imam Malik hukuman semacam itu, bukanlah mengurangi pendiriannya, bahkan semakin bertambah teguh jiwanya. Ia tidak pernah takut menerima hukuman asalkan ia berada pada jalan kebenaran. Kerana memang setiap perjuangan itu memerlukan pengorbanan. Imam Al-Laits, seorang alim menjadi mufti Mesir ketika itu, saat mendengar bahawa Imam Malik dihukum lantaran fatwanya ia berkata: “Aku mengharap semoga Allah mengangkat darjat Imam Malik atas setiap pukulan yang dijatuhkan kepadanya, menjadikan satu tingkat baginya masuk ke syurga.”
Insya Allah.



Imam Abu Hanifah Diracun

...mam Abu Hanafih adalah seorang imam Mazhab yang besar dalam dunia Islam. Dalam empat mazhab yang terkenal tersebut hanya Imam Hanafi yang bukan orang Arab. Beliau keturunan Persia atau disebut juga dengan bangsa Ajam. Pendirian beliau sama dengan pendirian imam yang lain, iaitu sama-sama menegakkan Al-Quran dan sunnah Nabi SAW.

Imam Hanafi dilahirkan pada tahun 80 Hijrah bertepatan tahun 699 Masehi di sebuah kota bernama Kufah. Nama yang sebenarnya ialah Nu’man bin Tsabit bin Zautha bin Maha. Kemudian masyhur dengan gelaran Imam Hanafi.

Kemasyhuran nama tersebut menurut para ahli sejarah ada beberapa sebab:

1. Kerana ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Hanifah, maka ia diberi julukan dengan Abu Hanifah.
2. Kerana semenjak kecilnya sangat tekun belajar dan menghayati setiap yang dipelajarinya, maka ia dianggap seorang yang hanif (kecenderungan/condong) pada agama. Itulah sebabnya ia masyhur dengan gelaran Abu Hanifah.
3. Menurut bahasa Persia, Hanifah bererti tinta. Imam Hanafi sangat rajin menulis hadith-hadith, ke mana, ia pergi selalu membawa tinta. Kerana itu ia dinamakan Abu Hanifah.

Waktu ia dilahirkan, pemerintahan Islam berada di tangan Abdul Malik bin Marwan, dari keturunan Bani Umaiyyah kelima. Kepandaian Imam Hanafi tidak diragukan lagi, beliau mengerti betul tentang ilmu fiqih, ilmu tauhid, ilmu kalam, dan juga ilmu hadith. Di samping itu beliau juga pandai dalam ilmu kesusasteraan dan hikmah.

Imam Hanafi adalah seorang hamba Allah yang bertakwa dan soleh, seluruh waktunya lebih banyak diisi dengan amal ibadah. Jika beliau berdoa matanya bercucuran air mata demi mengharapkan keredhaan Allah SWT. Walaupun demikian orang-orang yang berjiwa jahat selalu berusaha untuk menganiaya beliau.

Sifat keberanian beliau adalah berani menegakkan dan mempertahankan kebenaran. Untuk kebenaran ia tidak takut sengsara atau apa bahaya yang akan diterimanya. Dengan keberaniannya itu beliau selalu mencegah orang-orang yang melakukan perbuatan mungkar, kerana menurut Imam Hanafi kalau kemungkaran itu tidak dicegah, bukan orang yang berbuat kejahatan itu saja yang akan merasakan akibatnya, melainkan semuanya, termasuk orang-orang yang baik yang ada di tempat tersebut

Sebahagian dilukiskan dalam sebuah hadith Rasulullah SAW bahawa bumi ini diumpamakan sebuah bahtera yang didiami oleh dua kumpulan. Kumpulan pertama adalah terdiri orang-orang yang baik-baik sementara kumpulan kedua terdiri dari yang jahat-jahat. Kalau kumpulan jahat ini mahu merosak bahtera dan kumpulan baik itu tidak mahu mencegahnya, maka seluruh penghuni bahtera itu akan binasa. Tetapi sebaliknya jika kumpulan yang baik itu mahu mencegah perbuatan orang-orang yang mahu membuat kerosakan di atas bahtera itu, maka semuanya akan selamat.

Sifat Imam Hanafi yang lain adalah menolak kedudukan tinggi yang diberikan pemerintah kepadanya. Ia menolak pangkat dan menolak wang yang dibelikan kepadanya. Akibat dari penolakannya itu ia ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara. Di dalam penjara ia diseksa, dipukul dan sebagainya.

Gabenor di Iraq pada waktu itu berada di tangan Yazid bin Hurairah Al-Fazzari. Selaku pemimpin ia tentu dapat mengangkat dan memberhentikan pegawai yang berada di bawah kekuasaannya. Pernah pada suatu ketika Imam Hanafi akan diangkat menjadi ketua urusan perbendaharan negara (Baitul mal), tetapi pengangkatan itu ditolaknya. Ia tidak mahu menerima kedudukan tinggi tersebut. Sampai berulang kali Gabenor Yazid menawarkan pangkat itu kepadanya, namun tetap ditolaknya.

Pada waktu yang lain Gabenor Yazid menawarkan pangkat Kadi (hakim) tetapi juga ditolaknya. Rupanya Yazid tidak senang melihat sikap Imam Hanafi tersebut. Seolah-olah Imam Hanafi memusuhi pemerintah, kerana itu timbul rasa curiganya. Oleh kerana itu ia diselidiki dan diancam akan dihukum dengan hukum dera. Ketika Imam Hanafi mendengar kata ancaman hukum dera itu Imam Hanafi menjawab: “Demi Allah, aku tidak akan mengerjakan jabatan yang ditawarkan kepadaku, sekalipun aku akan dibunuh oleh pihak kerajaan.” Demikian beraninya Imam Hanafi dalam menegakkan pendirian hidupnya.

Pada suatu hari Yazid memanggil para alim ulama ahli fiqih yang terkemuka di Iraq, dikumpulkan di muka istananya. Di antara mereka yang datang ketika itu adalah Ibnu Abi Laila. Ibnu Syblamah, Daud bin Abi Hind dan lain-lain. Kepada mereka, masing-masing diberi kedudukan rasmi oleh Gabenor.

Ketika itu gabenor menetapkan Imam Hanafi menjadi Pengetua jawatan Sekretari gabenor. Tugasnya adalah bertanggungjawab terhadap keluar masuk wang negara. Gabenor dalam memutuskan jabatan itu disertai dengan sumpah, “Jika Abu Hanifah tidak menerima pangkat itu nescaya ia akan dihukum dengan pukulan.”

Walaupun ada ancaman seperti itu, Imam Hanafi tetap menolak jawatan itu, bahkan ia tetap tegas, bahawa ia tidak mahu menjadi pegawai kerajaan dan tidak mahu campur tangan dalam urusan negara.

Kerana sikapnya itu, akhirnya ditangkap oleh gabenor. Kemudian dimasukkan ke dalam penjara selama dua minggu, dengan tidak dipukul. Lima belas hari kemudian baru dipukul sebanyak 14 kali pukulan, setelah itu baru dibebaskan. Beberapa hari sesudah itu gabenor menawarkan menjadi kadi, juga ditolaknya. Kemudian ditangkap lagi dan dijatuhi hukuman dera sebanyak 110 kali. Setiap hari didera sebanyak sepuluh kali pukulan. Namun demikian Imam Hanafi tetap dengan pendiriannya. Sampai ia dilepaskan kembali setelah cukup 110 kali cambukan.

Akibat dari pukulan itu muka dan seluruh badannya menjadi bengkak-bengkak. Hukuman cambuk itu sengaja untuk menghina Imam Hanafi. Walaupun demikian ketika Imam Hanafi diseksa ia sempat berkata. “Hukuman dera di dunia lebih ringan daripada hukuman neraka di akhirat nanti.” Ketika ia berusia lebih dari 50 tahun, ketua negara ketika itu berada di tangan Marwan bin Muhammad. Imam Hanafi juga menerima ujian. Kemudian pada tahun 132 H sesudah dua tahun dari hukuman tadi terjadilah pergantian pimpinan negara, dari keturunan Umaiyyah ke tangan Abbasiyyah, ketua negaranya bernama Abu Abbas as Saffah.

Pada tahun 132 H sesudah Abu Abbas meninggal dunia diganti dengan ketua negara yang baru bernama Abi Jaafar Al-Mansur, saudara muda dari Abul Abbas as Saffah. Ketika itu Imam Abu Hanifah telah berumur 56 tahun. Namanya masih tetap harum sebagai ulama besar yang disegani. Ahli fikir yang cepat dapat menyelesaikan sesuatu persoalan.

Suatu hari Imam Hanafi mendapat panggilan dari baginda Al-Mansur di Baghdad, supaya ia datang mengadap ke istana. Sesampainya ia di istana Baghdad ia ditetapkan oleh baginda menjadi kadi (hakim) kerajaan Baghdad. Dengan tawaran tersebut, salah seorang pegawai negara bertanya: “Adakah guru tetap akan menolak kedudukan baik itu?” Dijawab oleh Imam Hanafi “Amirul mukminin lebih kuat membayar kifarat sumpahnya daripada saya membayar sumpah saya.”

Kerana ia masih tetap menolak, maka diperintahkan kepada pengawal untuk menangkapnya, kemudian dimasukkan ke dalam penjara di Baghdad. Pada saat itu para ulama yang terkemuka di Kufah ada tiga orang. Salah satu di antaranya ialah Imam Ibnu Abi Laila. Ulama ini sejak pemerintahan Abu Abbas as Saffah telah menjadi mufti kerajaan untuk kota Kufah. Kerana sikap Imam Hanafi itu, Imam Abi Laila pun dilarang memberi fatwa.

Pada suatu hari Imam Hanafi dikeluarkan dari penjara kerana mendapat panggilan dari Al-Mansur, tetapi ia tetap menolak. Baginda bertanya, “Apakah engkau telah suka dalam keadaan seperti ini?”

Dijawab oleh Imam Hanafi: “Wahai Amirul Mukminin semoga Allah memperbaiki Amirul Mukminin.
Wahai Amirul Mukminin, takutlah kepada Allah, janganlah bersekutu dalam kepercayaan dengan orang yang tidak takut kepada Allah. Demi Allah saya bukanlah orang yang boleh dipercayai di waktu tenang, maka bagaimana saya akan dipercayai di waktu marah, sungguh saya tidak sepatutnya diberi jawatan itu.”

Baginda berkata lagi: “Kamu berdusta, kamu patut dan sesuai memegang jawatan itu.” Dijawab oleh Imam Hanafi: “Amirul Mukminin, sungguh baginda telah menetapkan sendiri, jika saya benar, saya telah menyatakan bahawa saya tidak patut memegang jawatan itu. Jika saya berdusta, maka bagaimana baginda akan mengangkat seorang maulana yang dipandang rendah oleh bangsa Arab. Bangsa Arab tidak akan rela diadili seorang golongan hakim seperti saya.”

Pernah juga terjadi, baginda Abu Jaffar Al-Mansur memanggil tiga orang ulama besar ke istananya, iaitu Imam Abu Hanifah, Imam Sufyan ats Tauri dan Imam Syarik an Nakhaei. Setelah mereka hadir di istana, maka ketiganya ditetapkan untuk menduduki pangkat yang cukup tinggi dalam kenegaraan, masing-masing diberi surat pelantikan tersebut.

Imam Sufyan ats Tauri diangkat menjadi kadi di Kota Basrah, lmam Syarik diangkat menjadi kadi di ibu kota. Adapun Imam Hanafi tidak mahu menerima pengangkatan itu di manapun ia diletakkan. Pengangkatan itu disertai dengan ancaman bahawa siapa saja yang tidak mahu menerima jawatan itu akan didera sebanyak l00 kali deraan.

Imam Syarik menerima jawatan itu, tetapi Imam Sufyan tidak mahu menerimanya, kemudian ia melarikan diri ke Yaman. Imam Abu Hanifah juga tidak mahu menerimanya dan tidak pula berusaha melarikan diri.

Oleh sebab itu Imam Abu Hanifah dimasukkan kembali ke dalam penjara dan dijatuhi hukuman sebanyak 100 kali dera. Setiap pagi dipukul dengan cambuk sementara dileher beliau dikalung dengan rantai besi yang berat.

Suatu kali Imam Hanafi dipanggil baginda untuk mengadapnya. Setelah tiba di depan baginda, lalu diberinya segelas air yang berisi racun. Ia dipaksa meminumnya. Setelah diminum air yang beracun itu Imam Hanafi kembali dimasukkan ke dalam penjara. Imam Hanafi wafat dalam keadaan menderita di penjara ketika itu ia berusia 70 tahun.

Imam Hanafi menolak semua tawaran yang diberikan oleh kerajaan daulah Umaiyyah dan Abbasiyah adalah kerana beliau tidak sesuai dengan corak pemerintahan yang mereka kendalikan. Oleh sebab itu mereka berusaha mengajak Imam Hanafi untuk bekerjasama mengikut gerak langkah mereka, dan akhirnya mereka seksa hingga meninggal, kerana Imam Hanafi menolak semua tawaran yang mereka berikan.

Iblis dan Manusia

Syaitan dan Iblis akan sentiasa mengganggu manusia, bermula dengan memperdayakan manusia dari terjadinya dengan setitik mani hinggalah ke akhir hayat mereka, dan yang paling dahsyat ialah sewaktu akhir hayat iaitu ketika sakaratul maut. Iblis mengganggu manusia sewaktu sakaratul maut disusun menjadi 7 golongan dan rombongan.

Hadith Rasulullah SAW. menerangkan:
Yang bermaksud: “Ya Allah aku berlindung dengan Engkau daripada perdayaan syaitan di waktu maut.”


Rombongan 1

Akan datang Iblis dengan banyaknya dengan berbagai rupa yang pelik dan aneh seperti emas, perak dan lain-lain, serta sebagai makanan dan minuman yang lazat-lazat. Maka disebabkan orang yang di dalam sakaratul maut itu di masa hidupnya sangat tamak dan loba kepada barang-barang tersebut, maka diraba dan disentuhnya barangan Iblis itu, di waktu itu nyawanya putus dari tubuh. Inilah yang dikatakan mati yang lalai dan lupa kepada Allah SWT inilah jenis mati fasik dan munafik, ke nerakalah tempatnya.

Rombongan 2

Akan datang Iblis kepada orang yang didalam sakaratul maut itu merupakan diri sebagai rupa binatang yang di takuti seperti, Harimau, Singa, Ular dan Kala yang berbisa. Maka Apabila yang sedang didalam sakaratul maut itu memandangnya saja kepada binatang itu, maka dia pun meraung dan melompat sekuat hati. Maka seketika itu juga akan putuslah nyawa itu dari badannya, maka matinya itu disebut sebagai mati lalai dan mati dalam keadaan lupa kepada Allah SWT, matinya itu sebagai Fasik dan Munafik dan ke nerakalah tempatnya.


Rombongan 3


Akan datang Iblis mengacau dan memperdayakan orang yang di dalam sakaratul maut itu dengan merupakan dirinya kepada binatang yang menjadi minat kepada orang yang hendak mati itu, kalau orang yang hendak mati itu berminat kepada burung, maka dirupai dengan burung, dan jika dia minat dengan Kuda lumba untuk berjudi, maka dirupakan dengan Kuda lumba (judi). Jika dia minat dengan dengan ayam sabung, maka dirupakan dengan ayam sabung yang cantik. Apabila tangan orang yang hendak mati itu meraba-raba kepada binatang kesayangan itu dan waktu tengah meraba-raba itu dia pun mati, maka matinya itu di dalam golongan yang lalai dan lupa kepada Allah SWT. Matinya itu mati Fasik dan Munafik, maka nerakalah tempatnya.

Rombongan 4

Akan datang Iblis merupakan dirinya sebagai rupa yang paling dibenci oleh orang yang akan mati, seperti musuhnya ketika hidupnya dahulu maka orang yang di dalam sakaratul maut itu akan menggerakkan dirinya untuk melakukan sesuatu kepada musuh yang dibencinya itu. Maka sewaktu itulah maut pun datang dan matilah ia sebagai mati Fasik dan Munafik, dan nerakalah tempatnya

Rombongan 5

Akan datang Iblis merupakan dirinya dengan rupa sanak-saudara yang hendak mati itu, seperi ayah ibunya dengan membawa makanan dan minuman, sedangkan orang yang di dalam sakaratul maut itu sangat mengharapkan minuman dan makanan lalu dia pun menghulurkan tangannya untuk mengambil makanan dan minuman yang dibawa oleh si ayah dan si ibu yang dirupai oleh Iblis, berkata dengan rayu-merayu “Wahai anakku inilah sahaja makanan dan bekalan yang kami bawakan untukmu dan berjanjilah bahawa engkau akan menurut kami dan menyembah Tuhan yang kami sembah, supaya kita tidak lagi bercerai dan marilah bersama kami masuk ke dalam syurga.”

Maka dia pun sudi mengikut pelawaan itu dengan tanpa berfikir lagi, ketika itu waktu matinya pun sampai maka matilah dia di dalam keadaan kafir, kekal ia di dalam neraka dan terhapuslah semua amal kebajikan semasa hidupnya.

Rombongan 6

Akan datanglah Iblis merupakan dirinya sebagai ulamak-ulamak yang membawa banyak kitab-kitab, lalu berkata ia: “Wahai muridku, lamalah sudah kami menunggu akan dikau, berbagai ceruk telah kami pergi, rupanya kamu sedang sakit di sini, oleh itu kami bawakan kepada kamu doktor dan bomoh bersama dengan ubat untukmu.” Lalu diminumnya ubat, itu maka hilanglah rasa penyakit itu, kemudian penyakit itu datang kembali. Lalu datanglah pula Iblis yang menyerupai ulamak dengan berkata: “Kali ini kami datang kepadamu untuk memberi nasihat agar kamu mati didalam keadaan baik, tahukah kamu bagaimana hakikat Allah?”

Berkata orang yang sedang dalam sakaratul maut: “Aku tidak tahu.”

Berkata ulamak Iblis: “Ketahuilah, aku ini adalah seorang ulamak yang tinggi dan hebat, baru sahaja kembali dari alam ghaib dan telah mendapat syurga yang tinggi. Cubalah kamu lihat syurga yang telah disediakan untukmu, kalau kamu hendak mengetahui Zat Allah SWT hendaklah kamu patuh kepada kami.”

Ketika itu orang yang dalam sakaratul maut itu pun memandang ke kanan dan ke kiri, dan dilihatnya sanak-saudaranya semuanya berada di dalam kesenangan syurga, (syurga palsu yang dibentangkan oleh Iblis bagi tujuan mengacau orang yang sedang dalam sakaratul maut). Kemudian orang yang sedang dalam sakaratul maut itu bertanya kepada ulamak palsu: “Bagaimanakah Zat Allah?” Iblis merasa gembira apabila jeratnya mengena.

Lalu berkata ulamak palsu: “Tunggu, sebentar lagi dinding dan tirai akan dibuka kepadamu.”

Apabila tirai dibuka selapis demi selapis tirai yang berwarna warni itu, maka orang yang dalam sakaratul maut itu pun dapat melihat satu benda yang sangat besar, seolah-olah lebih besar dari langit dan bumi.

Berkata Iblis: “Itulah dia Zat Allah yang patut kita sembah.”

Berkata orang yang dalam sakaratul maut: “Wahai guruku, bukankah ini benda yang benar-benar besar, tetapi benda ini mempunyai jihat enam, iaitu benda besar ini ada di kirinya dan kanannya, mempunyai atas dan bawahnya, mempunyai depan dan belakangnya. Sedangkan Zat Allah tidak menyerupai makhluk, sempurna Maha Suci Dia dari sebarang sifat kekurangan. Tapi sekarang ini lain pula keadaannya dari yang di ketahui dahulu. Tapi sekarang yang patut aku sembah ialah benda yang besar ini.”

Dalam keraguan itu maka Malaikat Maut pun datang dan terus mencabut nyawanya, maka matilah orang itu di dalam keadaan dikatakan kafir dan kekal di dalam neraka dan terhapuslah segala amalan baik selama hidupnya di dunia ini.

Rombongan 7

Rombongan Iblis yang ketujuh ini Iblis terdiri dari 72 barisan sebab menjadi 72 barisan ialah kerana dia menepati Iktikad Muhammad SAW bahawa umat Muhammad akan terbahagi kepada 73 puak (barisan). Satu puak sahaja yang benar (ahli sunnah waljamaah) 72 lagi masuk ke neraka kerana sesat.

Ketahuilah bahawa Iblis itu akan mengacau dan mengganggu anak Adam dengan 72 macam yang setiap satu berlain di dalam waktu manusia sakaratul maut. Oleh itu hendaklah kita mengajarkan kepada orang yang hampir meninggal dunia akan talkin Laa Ilaaha Illallah untuk menyelamatkan dirinya dari gangguan Iblis dan syaitan yang akan berusaha bersungguh-sungguh mengacau orang yang sedang dalam sakaratul maut.

Bersesuaian dengan sebuah hadith yang bermaksud: “Ajarkan oleh kamu (orang yang masih hidup) kepada orang yang hampir mati itu: Laa Ilaaha Illallah.”



Menggigil Lutut Jin Dan Manusia Melihat Neraka Jahanam

ikisahkan dalam sebuah hadith bahawa sesungguhnya neraka jahanam itu adalah hitam gelap, tidak ada cahaya dan tidak pula ianya menyala. Dan ianya memiliki 7 buah pintu dan pada setiap pintu itu terdapat 70,000 gunung, pada setiap gunung itu pula terdapat 70,000 lereng dari api dan pada setiap lereng itu terdapat 70,000 belahan tanah yang terdiri dari api, pada setiap belahannya pula terdapat 70,000 lembah dari api.

Dikisahkan dalam hadith tersebut bahawa pada disetiap lembah itu terdapat 70,000 gudang dari api, dan pada setiap gudang itu pula terdapat 70,000 kamar dari api, pada setiap kamar itu pula terdapat 70,000 ular dan 70,000 kala, dan dikisahkan dalam hadith tersebut bahawa setiap kala itu mempunyai 70,000 ekor dan setiap ekor pula memiliki 70,000 ruas. Pada setiap ruas kala tersebut ianya mempunyai 70,000 qullah bisa.

Dalam hadith yang sama menerangkan bahawa pada hari kiamat nanti akan dibuka penutup neraka Jahanam, maka sebaik sahaja pintu neraka Jahanam itu terbuka, akan keluarlah asap datang mengepung di sebelah kanan Jin dan Manusia. Dan sebuah kumpulan asap lagi mengepung mereka di sebelah kiri, lalu datang pula sebuah kumpulan asap mengepung mereka di sebelah hadapan muka mereka, serta datang kumpulan asap mengepung di atas kepala dan dibelakang mereka.

Dan mereka (Jin dan Manusia) apabila terpandang akan asap tersebut maka bergementarlah dan mereka berlutut dan memanggil-manggil: “Ya Tuhan kami selamatkanlah.”

Diriwayatkan bahawa sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda: “Akan didatangkan pada hari kiamat itu neraka Jahanam itu mempunyai 70,000 kendali, dan pada setiap kendali itu ditarik oleh oleh 70,000 malaikat, dan berkenaan dengan malaikat penjaga neraka itu besarnya ada diterangkan oleh Allah SWT dalam surah At-Tahrim ayat 6 yang bermaksud:“Sedang penjaganya malaikat-malaikat yang kasar lagi keras.”

Setiap malaikat apa yang ada di antara bahunya adalah jarak perjalanan setahun, dan setiap satu dari mereka itu mempunyai kekuatan yang mana kalau dia memukul gunung dengan pemukul yang ada padanya maka nescaya akan hancur lebur gunung tersebut. Dan dengan sekali pukulan sahaja ia akan membenamkan 70,000 ke dalam neraka Jahanam.



Iblis Dengan Ahli Neraka


DALAM sebuah hadith diterangkan bahawa apabila penghuni neraka sudah sampai di neraka, maka di situ disediakan sebuah mimbar dari api, dipakaikan pakaian dari api, bermahkota dari api dan diikat iblis itu dengan tali dari api.
Kemudian dikatakan kepada Iblis laknat: “Wahai Iblis, naiklah kamu ke atas mimbar dan bersyarahlah kamu kepada penghuni neraka.”

Setelah Iblis menerima arahan maka dia pun naik ke atas mimbar dan berkata: “Wahai para penghuni neraka.” Semua orang yang berada dalam neraka mendengar akan ucapannya dan memandang mereka kepada ketua mereka iaitu Iblis.
Kata Iblis: “Wahai orang-orang yang kafir dan orang-orang munafiq, sesungguhnya Allah SWT telah menjanjikan kepadamu dengan janji yang benar bahawa kamu semua itu mati dan akan dihalau dan akan dihisab dan akan menjadi dua kumpulan. Satu kumpulan ke syurga dan satu kumpulan ke neraka Sa’ir.”

Berkata Iblis lagi: “Kamu semua menyangka bahawa kamu semua tidak akan meninggalkan dunia bahkan kamu semua menyangka akan tetap berada di dunia. Tidaklah ada bagiku kekuasaan di atasmu melainkan aku hanya mengganggu kamu semua. akhirnya kamu semua mengikuti aku, maka dosanya adalah untuk kamu. Oleh itu janganlah kamu mengumpat aku, mencaci aku, sebaliknya umpatlah dari kamu sendiri, kerana sesungguhnya kamu sendirilah yang lebih berhak mengumpat daripada aku yang mengumpat.”

Berkata Iblis lagi: “Mengapakah kamu tidak mahu menyembah Allah SWT sedangkan dia Allah yang menciptakan segala sesuatu?”

Akhirnya Iblis berkata: “Hari ini aku tidak dapat menyelamatkan kamu semua dari seksa Allah, dan kamu juga tidak akan dapat menyelamatkan aku. Sesungguhnya pada hari aku telah terlepas dari apa yang telah aku katakan kepada kamu, sesungguhnya aku diusir dan ditolak dari keharibaan Tuhan seru sekalian Alam.”

Setelah mereka (ahli neraka) mendengar kata-kata Iblis itu maka mereka melaknati Iblis itu. Setelah itu Iblis dipukul oleh Malaikat Zabaniah dengan tombak dari api dan jatuhlah dia ke tempat yang paling bawah, dia kekal selama-lamanya bersama-sama dengan orang-orang yang menjadi pengikutnya dalam neraka.

Malaikat Zabaniah berkata: “Tidak ada kematian bagi kamu semua dan tidak ada pula bagimu kesenangan, kamu kekal di dalam buat selama-lamanya.”

Janganlah kita menjadi orang yang bodoh apabila kita tahu bahawa Iblis itu hanya menipu kita, Iblis itu adalah musuh ketat kita. Oleh itu janganlah sekali-kali kita ikut menjadi ahli keluarganya, selagi kita bernafas cepatlah kita kembali ke pangkal jalan kalau nafas sudah berhenti maka segala-galanya tidak berguna lagi.

Mereka yang takut kepada Allah SWT adalah orang yang akan mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat, oleh itu sembahlah hanya kepada Allah. Orang yang takut kepada Allah SWT adalah mereka ini disebut orang yang amanah, orang yang bersopan santun, orang yang menganggap semua orang Islam itu sebagai saudaranya.

Mereka yang mencabar kekuasaan Allah SWT dengan berketuakan Iblis dan Syaitan adalah mereka ini dikenali sebagai kaki bohong, kaki pencuri, kaki judi, kaki arak, kaki dadah dan sebagainya. bagi mereka ini setiap yang sama dengan mereka adalah ahli atau kakitangan Iblis. Kerja mereka adalah menjatuhkan maruah mereka sendiri dan menghancurkan Islam.

ROH

Diriwayatkan: “Jika roh telah keluar dari tubuh manusia dan telah lewat tiga hari, maka roh itu berkata: “Wahai Tuhanku, perkenankanlah aku sehingga aku berjalan dan melihat tubuhku yang dahulu aku berada di dalamnya.” Maka Allah memperkenankan kepadanya. Lalu ia datang ke kuburnya dan melihat kepadanya dari jauh. Kedua lubang hidungnya dan mulutnya mengalir darah. Maka ia menangis dengan suatu tangisan yang cukup lama. Lalu ia merintih, aduuuh hai tubuhku yang miskin, wahai kekasihku. Ingatlah akan hari kehidupanmu. Rumah ini adalah rumah serigala, bala bencana, rumah yang sempit, rumah kesusahan dan penyesalan.

Setelah lewat lima hari roh berkata: “Wahai Tuhanku, perkenankanlah aku untuk melihat tubuhku.” Maka Allah memperkenankannya. Lalu ia datang ke kuburnya dan melihat dari jauh. Dan mengalirlah kedua lubang hidung dan mulutnya berupa air nanah.

Firman Allah SWT bermaksud:

“Mereka tidak dapat berbicara pada hari roh (Jibril atau ruhul qudus) dan para malaikat berdiri dengan berbaris.”
( An-Naba’: 38)


Disebutkan dalam satu keterangan, bahawa yang dimaksud roh itu adalah rohnya anak Adam (manusia), dan keterangan yang lain mengatakan bahawa roh itu adalah rohnya malaikat Jibril as. Juga ada keterangan yang menyebutkan bahawa roh itu adalah rohnya Nabi Muhammad SAW yang berada di bawah Arasy, ia minta izin dari Allah di malam Lailatul Qadar untuk turun memberikan salam penghormatan kepada seluruh mukminin dan mukminat dan roh itu berjalan melalui mereka.

Ada pula yang menyebutkan bahawa roh itu adalah rohnya para kerabat yang sudah mati, mereka berkata: “Wahai Tuhan kami, semoga Engkau memperkenankan kami untuk turun ke rumah-rumah kami, sehingga kami melihat anak-anak kami dan ahli-ahli kami. Maka roh-roh itu turun pada malam Lailatul Qadar.

Sebagaimana Ibnu Abbas ra mengatakan: “Jika datang Hari Raya, hari Asyura’, hari Jumaat yang pertama dari bulan Rajab, malam Nisfu Sya’ban, Lailatul Qadar, dan malam Jumaat, roh-rohnya para mayat semua keluar dari kubur mereka dan mereka semua berdiri di pintu-pintu rumahnya seraya berkata: “Belas kasihanlah kamu semua kepada kami di malam yang berkah ini dengan sedekah satu suap, sebab kami memberikan sedekah. Jika kalian bakhil dengan sedekah, dan kamu sekalian tidak mahu memberikannya, maka hendaklah kalian mengingat kami dengan bacaan surah Al-Fatihah di malam yang penuh keberkahan ini.

Adakah seorang telah belas kasihan kepada kami, apakah dari salah seorang ada yang mengenangkan ratapan kami wahai orang yang menempati rumah-rumah kami, wahai orang yang menikmati wanita (isteri kami), wahai orang yang berdiri memperluas mahligai kami yang sekarang kami dalam kesempitan kubur kami, wahai orang yang membagi harta benda kami, wahai orang.yang menyiakan anak yatim kami. Adakah salah seorang dari kamu sekalian ada yang mengenang perantauan kami? Buku amal kami dilipat dan kitab amal kalian dibuka. Dan bukanlah bagi mayat yang berada dalam liang kubur melainkan pahalanya. Maka janganlah kalian melupakan kami dengan sebuku rotimu dan doamu, sebab kami orang-orang yang berhajat kepada kamu sekalian, selama-lamanya.
Jika mayat memperoleh sedekah dan doa dari mereka maka ia kembali dengan riang gembira, dan jika ia tidak memperoleh maka ia pulang dengan sedih dan duka serta terhalang, dan putus asa dari mereka.
Telah diterangkan, bahawasanya roh dalam perkumpulan haiwan tidak dalam seluruh tubuh, tapi ia dalam satu bahagian dari beberapa bahagian yang tidak dapat ditentukan dengan dalil. Bahawasanya seorang dilukai dengan luka-luka yang banyak maka ia tidak mati. Dan ia dilukai dengan luka-luka satu maka ia menjadi mati. Sebab luka itu jika menimpa pada tempat di mana roh bertempat di mana roh di dalamnya, dan bahawasanya roh bertempat pada seluruh tubuh dan bahawasanya mati itu dalam seluruh tubuh, maka Firman Allah SWT menunjukkan:


Katakanlah: “la akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama.”
(Yaa Siin: 79)


Jika dikatakan, apakah bedanya antara roh dengan rawan? Maka kita katakan hahwa keduanya adalah satu. Keduanya tidak ada perbedaan, sebagaimana tubuh serta tangan adalah menjadi satu. Cuma kalau tangan dapat bergerak kesana kemari tapi kalau tubuh sama sekali tidak bergerak. Demikian pula rawan kesana kemari tapi sama sekali tidak bergerak.

Kemudian mengenai tempatnya roh di dalam tubuh tidak dapat ditentukan. Adapun tempatnya rawan di antara kedua alis. Maka jika roh itu hilang seorang hamba menjadi mati, dan jika rawan hilang ia menjadi tidur. Sebagaimana air yang dituangkan qas’ah dan ditaruh di rumah ada matahari yang sinarnya melalui lubang atap dan qas’ah itu tidak bergerak dari tempatnya.

Maka demikian halnya roh bertempat di dalam tubuh dan pusatnya berada di Arasy. Adapun rawan melihat dikala bermimpi dan ia berada di alam malakut.

Adapun tempatnya roh setelah dicabut, ada diterangkan bahawa tempatnya disengkala yang didalamnya terdapat lubang sejumlah bilangan haiwan-haiwan yang dijadikan sampai hari kiamat. Jika ia mendapat kenikmatan berada di situ dan jika mendapat azab maka di situ pula.

Ada disebutkan bahawa roh-roh para mukminin berada dalam telur burung yang hijau di syurga iliyyin, adapun rohnya orang-orang kafir berada dalam telur burung yang hitam di neraka. Dan ada dikatakan bahawa rohnya para mukminin ketika dicabut, maka para malaikat rahmat sama mengangkat membawa naik roh ke langit yang tujuh dengan memuliakan dan mengagungkan. Kemudian dipanggil Zat pemanggil dari sisi Allah yang Rahman: “Hendaklah kamu semua menulis roh itu dalam Illiyyin lalu kembalikanlah ke bumi.”

Maka mereka mengembalikan roh seorang mukmin ke dalam tubuhnya dan ia dibukakan pintu syurga, ia melihat tempatnya di syurga sampai datangnya hari kiamat.

Dan bahawasanya rohnya orang-orang kafir sewaktu dicabut maka para malaikat azab sama membawa naik roh itu ke langit dunia. Maka ditutuplah pintu-pintu langit yang lain dan ia diperintah mengembalikan ke tempat berbaring tubuhnya, kuburnya disempitkan dan ia dibukakan pintu neraka. Oleh kerananya ia melihat tempat kediamannya kelak sampai datangnya hari kiamat. Dalam hal ini sebagaimana pernah disabdakan Nabi SAW, sehingga bahawasanya mereka mendengar suara sandal-sandal kalian, hanya saja mereka terhalang dari berkata.

Sebahagian Hukama’ ditanya tentang tempat roh-roh setelah mati, maka ia menerangkan sebagai berikut:

1. Bahawasanya roh-roh para Nabi berada dalam Syurga Adn, ia berada dalam liang yang menyenangkan tubuhnya. Adapun tubuh bersujud kepada Tuhannya.
2. Roh-roh para Syuhada berada di syurga Firdaus, pada tengahnya syurga itu berada dalam telih burung yang hijau yang terbang di syurga sekehendak hatinya. Kemudian datang keqanadil yang digantungkan di Arasy.
3. Adapun roh-rohnya anak-anak kecil yang Islam berada dalam telih burung pipitnya Syurga.
4. Roh-rohnya para anak-anak musyrik berputar-putar di syurga dan ia tidak punya tempat, sampai hari kiamat. Lalu mereka melayani para mukminin.
5. Roh-rohnya orang-orang mukmin yang mempunyai hutang dan aniaya digantung diangkasa. Ia tidak sampai ke syurga dan tidak pula ke langit sampai ia membayar hutangnya dan penganiayaannya.
6. Roh-rohnya orang-orang Islam yang berdosa diazab dalam kubur beserta tubuhnya.
7. Roh-rohnya orang-orang kafir dan munafik dalam penjara neraka Jahannam dipintakan diwaktu pagi dan petang.


Dan disebutkan, bahawasanya roh adalah merupakan jisim yang halus. Oleh kerana itu tidak dapat dikatakan jika Allah itu mempunyai roh. Sebab mustahil kalau Allah mempunyai tempat seperti jisim-jisim. Dan dikatakan bahawa roh adalah merupakan sifat dan dikatakan pula kalau ia pecah jadi angin, maka kedua perkataan ini adalah perkataannya orang yang mengingkari adanya seksa kubur.

Ada diceritakan, bahawasanya seorang Yahudi datang kepada Nabi SAW, maka mereka bertanya kepada baginda tentang roh dari Ashabi Raqim dan dari Raja Dzil Qarnain. Dengan perdebatan Yahudi itu maka turunlah surah Al-Kahfi.
Dan diturunkan tentang haknya roh adalah Firman Allah SWT.

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh, katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhanku.”
(Yaa Siin: 79)